Pemerintah Bantah Deflasi Lima Bulan Berturut-turut Tanda Penurunan Daya Beli

2 Oktober 2024 20:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso usai Media Briefing Perayaan Lima tahun Prakerja di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta (2/10/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso usai Media Briefing Perayaan Lima tahun Prakerja di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta (2/10/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemenko Bidang Perekonomian membantah tren deflasi lima bulan berturut-turut saat ini mengindikasikan pelemahan daya beli.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso menuturkan, saat ini daya beli masih dalam keadaan yang baik. Lantaran deflasi terjadi pada komponen harga bergejolak atau volatile food.
Sedangkan, pelemahan daya beli merupakan cerminan komponen inflasi inti atau core inflation yang masih berada di level inflasi September 2024.
“Daya beli kita bisa lihat core inflation masih naik 1,64 persen. Itu juga masih tinggi sekali, core inflation itu yang mengindikasikan daya beli, bukan yang volatile food atau administered price. Jadi masih oke daya beli,” kata Susi di Kantor Kemenko Perekonomian, Rabu (2/10).
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16 persen dengan kontribusi 0,10 persen terhadap inflasi umum. Sedangkan komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dengan kontribusi 0,01 persen terhadap inflasi umum.
ADVERTISEMENT
Susi kemudian membeberkan sejumlah indikator ekonomi masih terpantau positif, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 sebesar 124,4. Lalu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) 114,0 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 134,9 pada Agustus 2024.
“IKK, keyakinan konsumen, IKE, kebutuhan ekonomi, keyakinan ekonomi, IEK, ekspektasi konsumen, semuanya positif naik. Jadi nggak ada yang perlu khawatir,” terang Susiwijono.
Selain itu, Susiwijono juga menyinggung minat masyarakat dalam program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang menunjukkan daya beli tengah dalam keadaan baik.
Suasana aktivitas pengunjung di Tunjungan Plaza, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/3). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
“Salah satu saya kasih contoh sektor properti kelas menengah kita. Kita kasih fasilitas 166.000, FLPP itu sudah habis duluan, seharusnya setahun, dua bulan yang lalu sudah habis. Jadi sebenarnya banyaklah indikasi,” terangnya.
Meski demikian, Susiwijono juga tidak menampik tren deflasi selama lima bulan ini menjadi alarm bagi pemerintah agar menyiapkan sederet antisipasi.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya menyampaikan deflasi beberapa bulan kemarin itu memang semacam catatan lah. Warning supaya kita antisipasi. Tapi tidak harus khawatir karena banyak sekali indikasi, indikator, angka yang menunjukkan masih sangat cukup buat daya beli masyarakat kelas menengah,” jelasnya.
Berdasarkan data BPS tren deflasi telah terjadi sejak Mei 2024, deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, 0,03 persen pada Agustus. Terakhir 0,12 persen pada September.