Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pemerintah China Biarkan Yuan Tertekan demi Dongkrak Ekspor
10 April 2025 11:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, yuan dalam negeri sempat jatuh ke level terendah setelah krisis keuangan global, sebelum kembali melemah pada Kamis. Penurunan ini terjadi menjelang pertemuan para pemimpin tertinggi China yang membahas stimulus ekonomi.
Yuan juga terdepresiasi ke posisi terendah dalam 15 bulan terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utamanya.
Tekanan jual terhadap yuan meningkat setelah Bank Rakyat China (PBOC) secara berturut-turut menurunkan nilai tukar acuan selama enam hari.
Penurunan itu dilakukan secara bertahap, memberi sinyal bahwa Beijing secara hati-hati melemahkan mata uangnya untuk mendongkrak daya saing ekspor. Saat ini, yuan diperdagangkan dalam kisaran 2 persen di atas atau di bawah nilai tukar acuan harian.
“Wajar bagi Tiongkok untuk mengadopsi strategi pelemahan bertahap terhadap yuan,” kata Ju Wang, kepala strategi valuta asing dan suku bunga Tiongkok Raya di BNP Paribas SA.
ADVERTISEMENT
“Ini akan memastikan yuan terus berkinerja lebih buruk dari keranjang, cara yang efektif dan tidak terlalu mengganggu dalam menangani tarif,” imbuhnya.
Pelemahan yuan terjadi saat China mulai mengalihkan fokus ekspornya ke mitra dagang selain AS. Perang dagang dengan Washington menunjukkan tidak ada tanda-tanda mereda.
Dalam babak terbaru, Trump menaikkan tarif impor terhadap China hingga 125 persen, meski ia juga mengumumkan penghentian sementara tarif selama 90 hari untuk puluhan negara lain.
Langkah ini membalas tarif 84 persen yang lebih dulu dikenakan Beijing terhadap seluruh produk AS, dengan janji untuk berjuang sampai akhir melawan bea masuk AS.
“PBOC mempertahankan nilai tukar dolar-yuan tetap stabil untuk menopang sentimen, sementara melemahkan indeks keranjang yuan untuk meningkatkan daya saing ekspor China terhadap mitra dagang non-AS,” kata Ken Cheung, kepala strategi valuta asing Asia di Mizuho Bank Ltd.
ADVERTISEMENT
“Tampaknya tarif AS yang besar seharusnya menghentikan perdagangan Tiongkok-AS secara luas dan Tiongkok akan fokus untuk menekan keranjang yuan,” tambahnya.
Sejauh ini, China belum melakukan devaluasi besar-besaran terhadap yuan, meski sejumlah pihak memperkirakan hal itu bisa terjadi. Depresiasi tajam dianggap berisiko karena dapat menimbulkan biaya tinggi, menggerus kepercayaan investor terhadap aset-aset Tiongkok, dan memperburuk ketegangan dengan AS. Trump sendiri sudah menuduh Beijing memanipulasi mata uang demi mengkompensasi tarif.
“Depresiasi yuan yang besar akan sangat meresahkan pasar dan mitra dagang Tiongkok, dan kami tidak melihat kemungkinan itu terjadi. Tiongkok mungkin melihat perlunya menjaga niat baik dengan mitra dagang, di tengah sistem perdagangan global yang semakin terfragmentasi,” kata Wei Liang Chang, ahli strategi di DBS Bank Ltd.
ADVERTISEMENT