Pemerintah Dorong Rehabilitasi Mangrove untuk Turunkan Emisi Karbon

31 Oktober 2021 14:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rehabilitas mangrove. Foto:  Dok: BRGM
zoom-in-whitePerbesar
Rehabilitas mangrove. Foto: Dok: BRGM
ADVERTISEMENT
Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dan ditargetkan turin 41 persen dengan bantuan internasional. Salah satu upayanya dilakukan dengan rehabilitasi mangrove.
ADVERTISEMENT
Untuk mendukung target yang ditetapkan secara nasional tersebut, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) terus mempercepat rehabilitasi mangrove, salah satunya di Desa Kurau Barat, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Bahkan, target penanaman mangrove seluas 10 hektar di Desa Kurau Barat telah rampung dilakukan.
Kepala Kelompok Kerja Hubungan Masyarakat BRGM Didy Wurjanto mengatakan, kegiatan rehabilitasi mangrove dilakukan di Bangka Tengah itu melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Menurutnya, BRGM secara langsung melibatkan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan perekonomian mereka.
Selain meningkatkan perekonomian, Didy juga mengatakan bahwa kegiatan rehabilitasi ini mendukung visi Presiden Joko Widodo yang menargetkan rehabilitasi mangrove di seluruh Indonesia seluas 34.000 hektar.
"Juga untuk memenuhi komitmen Indonesia dalam Paris Agreement dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi di dunia,” ujar Didy dalam keterangannya, Sabtu (31/10).
ADVERTISEMENT
Yasir selaku Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Gempa 01 menyebut, meski ada beberapa kendala, hal tersebut tak menyurutkan semangat warga untuk terus menyelesaikan penanaman mangrove.
“Kendala pertama itu adalah jarak, kondisi agak jauh dari tempat kita, sekitar hampir 5 km, jalanannya juga berlumpur. Selain itu mungkin dari kondisi cuaca, kalau lagi pasang tinggi ya kami berhenti, kalau sedang surut baru kami lanjut jalan,” kata Yasir.
Dia menjelaskan, warga di Desa Kurau Barat sudah mempunyai kesadaran yang tinggi dalam menjaga alam maupun menjaga ekosistem mangrove. Pasalnya, mayoritas warga memiliki pekerjaan sebagai nelayan tradisional yang kerap menangkap kepiting bakau. Yasir berharap, rehabilitasi mangrove tak hanya sebatas penanaman tapi dilanjutkan dengan pemeliharaan.
“Mangrove ini bukan hal mudah yang kalau ditanam itu langsung tumbuh, sehingga harus ada pemeliharaan. Misalnya saja di Bangka Tengah ini kan kerap ada pasang tinggi, diikuti adanya gelombang omba, jadi kalau tanaman itu tidak dipelihara, maka mereka tidak akan kuat atau mati,” jelasnya.
ADVERTISEMENT