Pemerintah Gencar Transisi Energi, Bagaimana Prospeknya di Pasar Modal?

6 Desember 2022 19:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Transisi energi terbarukan PLN. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Transisi energi terbarukan PLN. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Pemerintah tengah gencar beralih ke energi yang lebih hijau. Transisi ini diikuti dengan tren investasi berbasis Environment, Social, Governance (ESG).
ADVERTISEMENT
ESG adalah standar perusahaan dalam praktik investasi yang terdiri dari tiga kriteria yaitu memperhatikan aspek lingkungan, sosial terutama ke masyarakat sekitar area bisnis, dan tata kelola yang baik.
Secara tren di pasar modal, tema-tema yang menjadi perhatian pada matriks ESG adalah tema iklim dan keanekaragaman hayati. Jika berkaca dari nilai matriks ESG pada tema iklim dan keanekaragaman hayati, Indonesia masih memiliki nilai ESG yang paling rendah.
Berdasarkan data MSCI ESG Research pada Januari 2022, Indonesia masih memiliki ketergantungan tinggi pada batubara, isu kenaikan suhu yang tergolong tinggi, serta isu penyalahgunaan lahan untuk hutan atau pertanian yang tinggi, ini artinya masih ada banyak ruang untuk perbaikan. Kalah saing dengan India, Malaysia, dan Thailand.
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai perbaikan tersebut, pemerintah mendorong para pelaku bisnis guna mengembangkan dan memanfaatkan sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dan kebijakan Pembangunan Rendah Karbon (PRK) sehingga mendorong ketertarikan investor untuk berinvestasi pada produk-produk investasi bertema ESG.
Iustrasi reksa dana. Foto: ITTIGallery/Shutterstock
Motivasi investor juga menjadi faktor pendukung dari maraknya investasi yang berbasis ESG. Menurut data CFA Institute, lebih dari 60 persen Investor Institutional memiliki motivasi untuk mendapatkan higher risk-adjusted returns ketika melakukan investasi dengan tema ESG. Lebih dari 45 persen investor ritel memiliki motivasi untuk mengekspresikan personal value pada perusahaan yang memiliki impak sosial dan lingkungan positif saat melakukan investasi berbasis ESG.
Chief Investment Officer PT Insight Investments Management (INSIGHT), Camar Remoa, menyebut bahwa peningkatan tren investasi ESG tidak terlepas dari meningkatnya kepekaan publik terhadap isu-isu sosial dan lingkungan yang terus mengemuka.
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim, polusi udara, atau bahkan penggunaan plastic, menurut Camar adalah beberapa contoh tren isu yang menarik perhatian, terutama para investor ritel untuk berinvestasi di instrumen berbasis ESG
“Meningkatnya animo masyarakat pada investasi berkelanjutan telah memberikan gambaran bahwa saat ini investasi tidak hanya sebatas aktivitas yang berfokus pada keuntungan saja, namun juga sudah seharusnya punya sisi kepedulian pada aspek sosial kemasyarakatan, lingkungan, dan tata kelola perusahaan yang baik,” ungkap Camar dalam keterangan tertulisnya (6/12)
Camar menjelaskan, INSIGHT selaku Manajer Investasi turut mengambil peran dalam membangun semangat ESG Investing di Indonesia. Sejalan dengan tagline Insight yaitu Transforming Investments Into Social Impact, INSIGHT telah memiliki dua produk reksadana yang sejalan dengan prinsip ESG, terutama berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Untuk para investor yang mengincar produk Reksa Dana berbasis ESG, INSIGHT merekomendasikan produk Reksa Dana Indeks Insight SRI-Kehati Likuid dengan kinerja historikal yang outperformed terhadap Indeks acuannya.
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Senin (6/9). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Produk Reksa Dana Indeks Saham ini berfokus pada saham-saham yang sifatnya likuid dan memberikan kesempatan kepada para Investor Reksa Dana untuk berkontribusi dalam berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia, bekerja sama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati),” jelas Camar.
Sebagai informasi, Indeks SRI-Kehati merupakan Indeks yang berbasis Sustainable and Responsible Investing (SRI) dan ESG. Indeks ini beranggotakan saham-saham dengan hasil penilaian kinerja SRI dan ESG yang baik, tercermin pada bobot sektoral dari indeks SRI-Kehati overweight di sektor finansial dan infra, dimana kedua sektor tersebut memiliki fundamental yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dan underweight di sektor teknologi.
ADVERTISEMENT
Perusahaan melakukan screening tambahan terhadap Indeks SRI-Kehati berdasarkan likuiditas saham-saham anggotanya dengan menambah maksimal 20 persen porsi saham-saham SRI-Kehati yang lebih likuid dan mengurangi porsi saham-saham SRI-Kehati yang kurang likuid. Alhasil, potensi performa dari Reksa Dana Insight SRI-Kehati Likuid dapat lebih optimal jika dibandingkan dengan Indeks SRI-Kehati itu sendiri.
"Secara kinerja, imbal hasil historikal dari Reksa Dana Insight Renewable Energy Fund juga mampu outperformed atas benchmark Selain itu reksa dana ini juga memiliki fitur pembagian dividen per bulan, sehingga bisa memberikan potensi imbal hasil yang lebih baik," tutup Camar.
***
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.
ADVERTISEMENT