Pemerintah Hentikan Siaran TV Analog, Harga STB Naik 100 Persen

9 November 2022 14:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) memberikan penjelasan penggunaan alat STB (Set Top Box) yang dibagikan secara gratis kepada warga di Posko Respon Cepat Penanganan Bantuan STB di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (3/11/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) memberikan penjelasan penggunaan alat STB (Set Top Box) yang dibagikan secara gratis kepada warga di Posko Respon Cepat Penanganan Bantuan STB di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (3/11/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga Set Top Box (STB) di pasaran sudah naik dua kali lipat, pasca dimatikannya siaran TV analog atau Analog Switch Off (ASO) oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelusuran kumparan di Pasar Glodok Jaya, Jakarta harga STB saat ini sudah mendekati harga Rp 300.000 per unitnya, Padahal di Oktober 2022, harga satu unit STB hanya dibanderol Rp 100.000-an.
“Sekarang harga STB setiap hari naik, dulu waktu awal saya nyetok di bulan Oktober itu harganya Rp 100.000-an. Sekarang sudah naik ke Rp 200.000, bahkan mendekati Rp 300.000. Harga keteng-nya Rp 300.000 lebih lah,” kata Jack, pedagang aksesoris audio visual kepada kumparan, Rabu (9/11).
Jack menyebut, ia sudah menjual STB bahkan sebelum pemerintah mengumumkan akan menyuntik mati TV analog. Bahkan sejak, peraturan TV digital ditetapkan bulan ini, ia mengaku mengalami kenaikan permintaan yang lumayan tinggi.
Stok perangkat Set Top Box (STB) semakin menipis di salah satu toko elektronik di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (8/11/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Meskipun harga naik drastis, Jack mengatakan stok STB terus habis. “Ini sih permainan importir, karena rebutan juga antar toko. Kadang kita cuma dapat dua tiap dapet kiriman, jadi harganya tetap naik terus,” tutur Jack.
ADVERTISEMENT
“Sekarang orang carinya yang paling murah, semakin kecil biasanya lebih murah karena lebih praktis. Tapi orang tidak terlalu ambil pusing soal ukuran. Software-nya menurut saya tidak banyak perbedaan,” tambah dia.
Sementara itu Adi, pedagang toko elektronik lain di Pasar Glodok Jaya justru memutuskan untuk tidak menaikkan harga STB dari harga pasar meskipun permintaan tinggi. Bahkan untuk menarik pengunjung, ia menurunkan harga STB yang dijual di tokonya daripada harga yang ia beli dari distributor.
“Kita jualnya sama dengan harga kita dapat dari distributor, bahkan bisa turun. Kalau terlalu tinggi, enggak ada yang mau beli. Jadi ya kita bergantung pada permintaan banyak saja tutup kerugian. Kita jualnya kisaran Rp 200.000 lah satu barang,” tuturnya.
ADVERTISEMENT