Pemerintah Kejar Target Bauran EBT hingga Akhir Tahun dari PLTP Salak dan Ijen

17 Desember 2024 12:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat berat digunakan pada pembangunan sumur produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2022). Foto: Anis Efizudin/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Alat berat digunakan pada pembangunan sumur produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2022). Foto: Anis Efizudin/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani memaparkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga akhir tahun mencapai 14,1 persen. Untuk saat ini bauran EBT yang dilaporkan ke Dirjen EBTKE baru sebesar 13,9 persen.
ADVERTISEMENT
Eniya optimistis bauran EBT 14,1 persen dapat tercapai karena akan ada Commissioning on Date (COD) dari dua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTU) atau Geothermal yaitu PLTP Salak Binary sebesar 15 Gigawatt (GW) dan PLTP Ijen 35 GW pada bulan ini.
“Mudah-mudahan tercapai 14,1,” kata Eniya ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat pada Selasa (17/12).
Selain ada dua PLTP yang COD, Eniya juga menuturkan ada PLTP yang sudah mendapat Surat Laik Operasi (SLO) yaitu PLTP Sorik Marapi di Sumatera Utara.
Proses produksi Green Hydrogen yang dihasilkan dari air kondensasi kegiatan produksi listrik yang dilakukan di PLTP Kamojang, Bandung, Jawa Barat. Foto: Argya Maheswara/kumparan
Bauran EBT 14,1 persen ini masih berada di bawah target. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengungkap target tahun ini yang ada di 19 persen. Yuliot menuturkan hal ini disebabkan oleh pandemi.
ADVERTISEMENT
“Jadi untuk gap 5 persen, jadi kan kita ada masa pandemi COVID-19, jadi pada tahun 2020-2021. dan baru agak pulih, sekitar 2022. Jadi dengan adanya keterlambatan pada masa COVID-19, kita berusaha untuk bagaimana meningkatkan bauran energi,” tutur Yuliot.