Pemerintah Kembangkan Komoditas Hortikultura Berorientasi Ekspor

27 November 2022 15:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sesmenko Perekonomian Susiwijono di lokasi pengembangan hortikultura berorientasi ekspor komoditas Pisang Cavendish di Desa Maskuning Kulon di Kabupaten Bondowoso. Foto: Kemenko Perekonomian
zoom-in-whitePerbesar
Sesmenko Perekonomian Susiwijono di lokasi pengembangan hortikultura berorientasi ekspor komoditas Pisang Cavendish di Desa Maskuning Kulon di Kabupaten Bondowoso. Foto: Kemenko Perekonomian
ADVERTISEMENT
Pemerintah berupaya mengoptimalkan potensi ekonomi daerah. Salah satunya melalui program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor dengan pola Creating Shared Value (CSV) di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
ADVERTISEMENT
Upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan kawasan sentra produksi komoditas unggulan daerah yang diarahkan untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor melalui kerja sama kemitraan antara petani dan pelaku usaha.
Lokasi pengembangan hortikultura berorientasi ekspor komoditas Pisang Cavendish salah satunya ada di Desa Maskuning Kulon di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, telah berhasil melakukan panen perdana pada Sabtu (26/11).
Pada kesempatan tersebut, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, menyambut baik keberhasilan panen pertama Pisang Cavendish dan mendukung berbagai program dalam upaya percepatan ekonomi di desa.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyampaikan panen perdana Pisang Cavendish tersebut merupakan panen yang lebih cepat jika dibandingkan dengan panen pisang dalam program yang sama di Kabupaten Ponorogo, yakni hanya membutuhkan waktu kurang lebih 10 bulan. Penanaman Pisang Cavendish di Desa Maskuning Kulon dilakukan pada 29 Januari 2022.
ADVERTISEMENT
“Program ini kita inisiasi bersama-sama dan akan dilakukan di 11 Kabupaten di Indonesia. Saat ini sudah berjalan di 8 Kabupaten. Banyak Kepala Daerah lain yang sudah mengajak diskusi untuk program ini. Jadi, kami ingin di setiap daerah kita demplot dulu. Di daerah ini luasnya 1,8 hektare yang ditanami sekitar 4.400 pohon. Hari ini kita lihat panennya, dan termasuk yang paling bagus. Para petani di sini bisa melihat bahwa ini memang betul-betul program nyata yang secara ekonomi juga bisa menjadi harapan mereka,” kata Susiwijono melalui keterangan tertulis, Minggu (27/11).
Sesmenko Perekonomian Susiwijono (kiri) di lokasi pengembangan hortikultura berorientasi ekspor komoditas Pisang Cavendish di Desa Maskuning Kulon di Kabupaten Bondowoso. Foto: Kemenko Perekonomian
Susiwijono menekankan program tersebut bukan bagian dari corporate social responsibility (CSR), tetapi share value dengan petani karena konsep awalnya memberdayakan petani. Program yang telah dilakukan, khususnya di Provinsi Jawa Timur itu diharapkan dapat direplikasi di daerah lain.
ADVERTISEMENT
Secara rinci, pelaksanaan program pengembangan hortikultura berorientasi ekspor tersebut dilakukan di Kabupaten Tanggamus (Lampung), Kabupaten Jembrana (Bali), Kabupaten Bener Meriah (Aceh). Di Pulau Jawa, program tersebut dilakukan di Kabupaten Garut (Jawa Barat), Kabupaten Sukabumi (Jawa Barat), Kabupaten Blitar (Jawa Timur), Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), dan Kabupaten Bondowoso (Jawa Timur).
Susiwijono mencontohkan di dalam negeri, salah satu peluang pasar pisang di Indonesia adalah Provinsi Bali yang memiliki kebutuhan pisang paling tinggi karena dibutuhkan dalam upacara adat dan hotel. Sehingga dikirim kurang lebih 5.000 karton dari Lampung setiap minggu.
“Di Jawa Timur pun nanti tentu kita penuhi pasar domestiknya dulu, lalu kita bicara skalanya untuk ekspor, pasti untuk ekspor ada skala ekonominya,” ujar Susiwijono.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Susiwijono menyampaikan Indonesia baru saja menembus pasar ekspor pisang ke China. Ia mengatakan berdasarkan nilai daya saingnya, pisang Indonesia sebenarnya jauh lebih kompetitif dibanding pisang dari Filipina.
“Ketahanan pangan menjadi salah satu isu prioritas dalam G20 dan juga menjadi lampiran dalam program-program G20 Bali Leaders’ Declaration kemarin. Karena itu, kalau ada program-program kemitraan Bumdes, dan sebagainya, kalau ada kesulitan dari skema pembiayaan, kita bisa duduk bersama," terang Susiwijono.
"Karena ada banyak sekali komitmen dana yang justru kekurangan program konkretnya. Artinya, ditengah-tengah kondisi global yang tidak mudah, komitmen untuk membiayai ketahanan pangan luar biasa,” tambahnya.
Susiwijono menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan program berorientasi ekspor karena tujuan utamanya menggunakan pola CSV untuk memberdayakan petani. Selain panen pisang, pada kesempatan tersebut juga dilakukan temu wicara dengan para petani dan melakukan survei ke tempat packaging. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pemberian santunan kepada anak yatim.
ADVERTISEMENT