Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Pemerintah Ungkap Singapura Mau Tambah Impor Listrik dari RI Lebih dari 2 GW
8 Agustus 2024 13:21 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves ) mengungkapkan pemerintah Singapura berencana menambah impor listrik dari Indonesia, sehingga total lebih dari 2 gigawatt (GW).
ADVERTISEMENT
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi, Rachmat Kaimuddin, mengatakan saat ini Singapura sudah berkomitmen akan impor listrik berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang dibangun di Batam, Kepulauan Riau, sebesar 2 GW.
"Kita ingin membuat kerja sama juga dengan internasional untuk ekspor. Jadi sama Singapura, ini ada potensi 2 GW sekarang, kalau di-translate ke solar panel itu dikali 6, dikali 7, dan ini bahkan mereka minta lebih, lebih banyak lagi," ungkapnya saat acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), Kamis (8/8).
Rachmat menjelaskan, selain Singapura, Indonesia juga bekerja sama perdagangan listrik hijau antar negara ASEAN lain, seperti Malaysia (Sarawak-Sabah) dari Kalimantan Barat, serta ekspor listrik dari Skouw Papua untuk Papua Nugini sebesar 5 MW.
ADVERTISEMENT
"Dari Papua Nugini, Malaysia juga ada trading-nya, kita juga beli, mereka juga punya hydro, kita juga punya hydro. Kita bisa melakukan international cooperation," jelasnya.
"Proyek Singapura saja ada beberapa investor untuk bikin solar farm-nya sendiri. Tapi yang menarik juga adalah banyak sekali pemain-pemain solar panel yang sudah berkomitmen untuk bikin pabrik di Indonesia dan ini tier one players," ungkap dia.
Beberapa perusahaan yang berpotensi mengembangkan solar panel yakni Jinko Solar, Trina Solar, JA Solar Energy Storage, Seraphim Energy, Suntech, hingga LONGi dengan total potensi investasi USD 1,7 miliar.
ADVERTISEMENT
Selain solar panel, industri lain yang akan berkembang dengan ekspor listrik tersebut adalah industri penyimpanan energi di baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) karena sifat PLTS yang intermiten sehingga membutuhkan baterai.
Rachmat menyebutkan beberapa perusahaan yang bisa berinvestasi di industri tersebut di Indonesia yakni Sungrow, Powin, Gotion, Huawei, hingga Rept Battero Energy dengan potensi investasi USD 1 miliar.
"Harapannya tentunya, bukan hanya tanah dan matahari kita yang dipakai, tapi kita bisa menggunakan demand ini untuk menciptakan apakah industri di Indonesia more industrious, more jobs," pungkasnya.
Saat dikonfirmasi terkait rencana penambahan ekspor listrik ke Singapura, Rachmat enggan berkomentar banyak. Dia hanya menyebutkan hal tersebut akan diumumkan lebih lanjut di acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2024.
ADVERTISEMENT
"Nanti kita confirm-nya di ISF ya, saat ini kita baru dengar saja dari mereka kira-kira berapa nanti ke depan, kita di ISF announce," tandas Rachmat.
Sebelumnya, Singapura akan membuka keran impor listrik rendah karbon dari Indonesia sebesar 2 GW. Rencana ini sejalan dengan target Singapura yang akan mengimpor 4 GW listrik rendah karbon hingga 2030.
Rachmat mengatakan keran ekspor listrik 2 GW ini akan dimulai antara 2026 atau 2027 mendatang. Rachmat menekankan, keran impor Singapura di Indonesia ini merupakan investasi dengan nilai besar yang diberikan kepada developer dan pabrikan.
"Untuk tahunnya, itu bisa jadi pada saat mulai mungkin pada saat 2026-2027 ya mulainya. Jadi ini mungkin kabar baiknya juga karena ini akan ada investasi yang jumlahnya besar ke developer dan tentunya juga pabrikan," kata Rachmat saat ditemui usai acara Indonesia Sustainability Forum, Jumat (8/9/2023).
ADVERTISEMENT
Ada 5 perusahaan Indonesia yang telah mengajukan proposal penyediaan listrik rendah karbon ke Singapura, yakni Konsorsium Pacific Medco Solar Energy Medco Power with Consortium partners, PacificLight Power Pte Ltd (PLP) and Gallant Venture Ltd, a Salim Group company, Adaro Green, dan TBS Energi Utama.
Namun, Rachmat menekankan impor listrik rendah karbon ini juga akan menekankan PLN sebagai perusahaan BUMN. "Kita tentu libatkan PLN, sudah ada diskusi nanti akan dilaporkan kalau sudah clear. Pasti akan dilibatkan dalam hal ini," ungkap Rachmat.