Pemilu 2024 Bisa Pengaruhi Selera Investasi, Investor Cenderung Wait and See

23 November 2023 14:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo di Ritz Carlton Pacific Place, Senin (6/11/2023).  Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo di Ritz Carlton Pacific Place, Senin (6/11/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Kartika Wirjoatmodjo menilai, Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dapat mempengaruhi selera risiko (risk appetite) investor dan pelaku usaha karena sebagian akan cenderung wait and see sambil menunggu hasil pemilihan.
ADVERTISEMENT
“Sebagian investor akan cenderung wait and see hingga ada kepastian mengenai hasil kontestasi politik dan perubahan yang ditimbulkannya, seperti perubahan kebijakan dan regulasi dari rezim yang terpilih,” kata pria yang akrab disapa Tiko dalam sambutan virtual di Media Gathering Perbanas, Kamis (23/11).
Dinamika ekonomi dan geopolitik global yang terjadi saat ini menyebabkan ketidakpastian laju ekonomi di masa mendatang. Tantangan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi antara lain pengetatan kebijakan moneter, penyaluran kredit yang diperketat, serta meningkatnya tensi geopolitik yang terjadi akhir-akhir ini.
“Kita harus tetap optimis karena di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya,” ujar Wakil Menteri BUMN itu.
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Minggu (1/5). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Tiko mengingatkan waspada akan tingginya suku bunga acuan The Fed menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi. Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan ada potensi peningkatan risiko valas dan instabilitas sistem keuangan nasional yang dapat berujung pada pelemahan ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, belum terlihat adanya tanda-tanda penurunan suku bunga acuan The Fed akan terus memicu pengetatan likuiditas global.
“Di tengah kondisi yang tidak pasti baik di dalam negeri maupun secara global, terdapat urgensi untuk memahami bagaimana kondisi dinamika perekonomian global dan domestik sehingga kita dapat memaksimalkan peluang di tengah perlambatan global,” tuturnya.
Ketidakpastian ekonomi global juga tercermin dari adanya perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh organisasi internasional yaitu The International Monetary Fund (IMF) dan World Bank. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3 persen pada tahun 2023 dan 2,9 persen pada tahun 2024.
“Hal tersebut disebabkan karena risiko ekonomi dan geopolitik di tahun 2024 akan terus berlanjut dan lebih buruk dibanding 2023 sehingga menghambat laju ekonomi,” imbuh Tiko.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, World Bank memproyeksikan sebaliknya, bahwa GDP global tahun 2024 sebesar 2,4 persen lebih besar dibandingkan tahun 2023 sebesar 2,1 persen. Pandangan positif terhadap ekonomi 2024 tersebut sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi di tahun depan.