Penanganan COVID-19 Jadi Penentu RI sebagai Negara Ekonomi Terbesar ke-5 Dunia

22 Juli 2020 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat sidang kabinet paripurna perdana di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019).  Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat sidang kabinet paripurna perdana di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (24/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia pada 2024. Hal ini dinilai membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia, yang saat ini mengalami tekanan akibat pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan bahwa hal tersebut sangat ditentukan oleh penanganan COVID-19 di tahun ini.
“Kerja keras penanganan COVID-19 di 2020 akan sangat menentukan pemulihan di tahun-tahun berikutnya,” kata Febrio dalam keterangannya, Rabu (22/7).
Secara umum, pada tahun 2024 akan terjadi pergeseran susunan perekonomian terbesar di dunia. Asia akan semakin mendominasi posisi lim teratas, menggeser posisi beberapa negara Eropa.
Febrio Kacaribu saat dilantik sebagai Kepala BKF oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Jumat (3/4). Foto: Dok. Kemenkeu RI
Setelah China dan Jepang yang saat ini sudah berada di posisi lima besar, Indonesia dan India diprediksi akan menggantikan posisi Inggris dan Jerman.
“Selain basis 2020 yang penting, salah satu alasan dibalik pergeseran dominasi ekonomi ini adalah pertumbuhan kelompok kelas menengah di Asia,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sisi demografi juga berkontribusi positif pada pergeseran dominasi Asia. Menurut World Economic Forum, di saat ekonomi China diprediksi terus melandai pertumbuhannya seiring populasi penduduknya yang menua, Indonesia, Filipina, dan Malaysia justru diharapkan menjadi champion perekonomian Asia dengan motor pertumbuhan berupa meningkatnya angkatan kerja.
Perkiraan susunan ekonomi terbesar di dunia tersebut menggunakan perbandingan proyeksi pertumbuhan ekonomi beberapa tahun ke depan, termasuk tahun 2020 serta proses pemulihan ekonomi di tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia dan IMF, beberapa negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di tahun 2020 diprediksi akan mengalami pertumbuhan negatif, seperti AS dan Jepang yang minus 6,1 persen (yoy), Jerman minus 7,8 persen (yoy), dan Brasil minus 8,0 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Sementara prediksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 negara-negara Asia juga sangat rendah, bahkan tiga negara diperkirakan tumbuh negatif, yaitu Malaysia minus 3,1 persen (yoy), Thailand minus 5,0 persen (yoy), dan Filipina minus 1,9 persen (yoy).
Meskipun lebih baik dari negara Asia lainnya, Indonesia dan China juga tertekan dengan pertumbuhan ekonomi 0,0 persen (yoy) dan 1,0 persen (yoy)
Menurut Febrio, proyeksi tersebut patut untuk disyukuri dan dijadikan motivasi bagi Indonesia. Pemerintah juga berkomitmen untuk terus melakukan kebijakan yang tepat dalam rangka penanganan COVID-19 serta pemulihan ekonomi nasional.
“Dengan demikian, diharapkan dampak krisis dapat diminimalisir, perekonomian segera bangkit, dan Indonesia dapat terus merealisasikan aspirasinya menjadi perekonomian besar dan maju di dunia,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Dilansir World Economic Forum, pada 2024, China akan menempati peringkat pertama sebagai negara dengan PDB teratas. Mengalahkan AS yang diurutan kedua.
Diposisi ketiga, keempat, dan kelima ditempati negara Asia, yakni India, Jepang, dan Indonesia. India dan Indonesia ini merupakan negara baru yang sebelumnya tak ada di peringkat sepuluh besar pada tahun 1992 maupun 2008.
Sementara diurutan keenam ada Rusia. Disusul ketujuh hingga sepuluh yakni Jerman, Brasil, Inggris, dan Prancis. Italia dan Spanyol tak lagi masuk dalam urutan negara dengan PDB teratas di 2024.
“Kelas menengah yang berkembang di Asia adalah salah satu alasan pergeseran peringkat dalam PDB,” tulis laporan World Economic Forum seperti dikutip kumparan, Rabu (22/7).