Pendiri Sriwijaya Air Buka Suara atas Jatuhnya Pesawat SJ-182

11 Januari 2021 8:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air di landasan pacu Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air di landasan pacu Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di Perairan Kepulauan Seribu, pada Sabtu (9/1), merupakan pukulan bagi dunia penerbangan Indonesia. Tercatat pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 rute Jakarta-Pontianak tersebut membawa 62 penumpang yang terdiri dari 40 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 12 kru pesawat.
ADVERTISEMENT
Pendiri dan juga mantan CEO Sriwijaya Air, Chandra Lie, untuk pertama kalinya buka suara ke media terkait kecelakaan tersebut. Menurut dia, Manajemen Sriwijaya Air sangat terpukul atas musibah tersebut.
"Mohon dukungan dan Doa nya, kami sangat sedih dan terpukul atas kejadian ini," kata Chandra Lie kepada kumparan, Senin (11/1).
CEO Sriwijaya Air, Chandra Lie. Foto: garuda.industry.co.id
Pernyataan itu akhirnya dia sampaikan, setelah panggilan telepon dan pesan singkat yang disampaikan kumparan sejak Sabtu (9/1), tak juga direspons.
Selain Chandra Lie, pendiri Sriwijaya Air adalah Hendry Lie, Johannes Bunjamin, serta beberapa rekan mereka lainnya. Sriwijaya Air pertama kali mengudara pada 10 November 2003.
Berawal hanya memiliki satu armada jenis Boeing 737-200, bisnis Sriwijaya Air langsung moncer di tengah bergeliatnya bisnis maskapai penerbangan. Tak lama perusahaan memiliki 15 unit pesawat tipe Boeing.
ADVERTISEMENT
Baru 4 tahun mengudara, Sriwijaya Air diganjar penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing pada tahun 2007, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft.
Petugas membawa benda yang diduga serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1). Foto: Ajeng DInar Ulfiana/REUTERS
Pada 2013 perusahaan mendirikan maskapai pengumpan yang diberi nama NAM Air. Hingga 2 tahun kemudian, maskapai mengantongi sertifikasi keselamatan penerbangan dari Flight Safety Foundation yang berbasis di Amerika Serikat.
Bisnis Sriwijaya Air kemudian mengalami pasang surut. Sempat terlilit utang dan harus bekerja sama dengan Garuda Indonesia. Kemudian manajemen memutuskan untuk memutus kerja sama tersebut.
Kini, Sriwijaya Air diterpa musibah jatuhnya pesawat. Hingga saat ini, tim gabungan terus melakukan evakuasi korban pesawat Sriwijaya Air jatuh.