Peneliti Jelaskan Penyebab Produk China Banjiri Pasar Dalam Negeri

24 Desember 2024 15:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi produk dari china. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi produk dari china. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Peneliti Next Policy Muhammad Ibnu Faisal menjelaskan penyebab produk China membanjiri pasar dalam negeri. Dia menyebut peningkatan volume impor dari negara Tirai Bambu tersebut terjadi sebagai efek dari penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).
ADVERTISEMENT
Sejak penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA),produk-produk dari China, menjadi lebih terjangkau di Indonesia.
Berdasarkan catatannya, pada periode 2019-2023, impor TPT (tekstil, pakaian, dan tekstil lainnya) dan kosmetik dari Cina mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 2,75 persen dan 35,46 persen masing- masingnya.
"Hingga 2024, nilai impor dari Cina mencapai USD 52,26 miliar atau meningkat 13,03% dari tahun sebelumnya,” ujar Ibnu dikutip dari paparan policy brief Next Policy dalam kegiatan Penta Helix Discussion (PHD) di kawasan Cikini, Jakarta (24/12).
Sementara itu, Indonesia belum mampu untuk mempertahankan surplus yang terjadi di tahun 2023. Lebih lanjut, Ibnu menyatakan bahwa keberadaan Permendag 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor berkontribusi pada volume impor yang semakin tidak dikontrol.
Ilustrasi pabrik mobil Jetour di China. Foto: Jetour
Menanggapi hal. tersebut, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Telisa Aulia Faliyanti menyebut bahwa lahirnya Permendag 8 Tahun 2024 dapat menyebabkan turunnya Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Cost industri lokal kita masih belum efisien, mulai dari ketidakpastian regulasi hingga rendahnya produktivitas tenaga kerja,” ujar Telisa dalam kesempatan yang sama.
Sedangkan Ekonom Fithra Faisal Hastiadi, mengatakan seharusnya industri lokal dibenahi terutama dalam hal absorptive capacity. Absorptive capacity adalah kemampuan suatu industri untuk dapat menyerap investasi secara efektif.
“Absorptive capacity itu dibangun berdasar tiga pilar, yaitu infrastruktur, SDM, dan institusi. Ketiga hal tersebut berpengaruh pada daya serap investasi. Misalnya SDM, gimana investasi bisa terjadi jika ternyata talenta yang diperlukan di industri tersebut tidak ada?,” ujar Fithra.