Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Penelusuran kumparan soal Kelangkaan Premium
5 April 2018 21:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
PT Pertamina (Persero) mendapat teguran keras dari Menteri ESDM Ignasius Jonan pada Rabu (4/4) lalu. Sebab, pasokan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium langka di sejumlah tempat dan menyusahkan masyarakat.
ADVERTISEMENT
kumparan (kumparan.com) mendatangi sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina untuk mengecek pasokan Premium .
Yang pertama yang dikunjungi adalah SPBU Pertamina 31-10701 di Jalan Industri Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Supervisor SPBU tersebut, Pandi Akhmad, mengakui adanya pengurangan pasokan Premium sejak akhir 2017 hingga 3 bulan pertama di 2018. Ada pengurangan sebesar 16 ribu liter per minggu.
"Untuk bulan ini dikurangin satu minggunya itu 16 ribu liter. Februari masih dapat 16 ribu liter per hari di hari Senin dan Kamis, hari biasanya 8 ribu liter. Di bulan Maret rata 8 ribu liter per hari," katanya.
Pandi mengaku tidak mengetahui sampai kapan pengurangan Premium akan dilakukan. "Untuk jadwalnya kita dapat dari Pertaminanya," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hingga kini Pandi mengaku belum mendapat keluhan dari konsumen soal pengurangan jatah Premium tersebut.
"Enggak ada, kayaknya sudah pada tahu. Kita juga sudah kasih tahu ke pramuniaga kami ada pengurangan, Kita juga enggak berani nimbun," jelas Pandi.
kumparan melihat masih banyak pengguna premium di SPBU tersebut. Terutama pengguna motor pribadi dan ojek online. Latif (30), salah seorang konsumen premium, mengaku belum merasakan adanya kelangkaan premium. "Biasa aja, belum kerasa," ujarnya.
SPBU Kedua
SPBU kedua yang disambangi adalah SPBU nomor 31.102.02 di Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, yang sudah sebulan tidak lagi menjual Premium.
“Dari Maret enggak jual Premium karena Pertamina enggak pasok ke sini lagi. Kita ikut perintah dari atasan langsung, enggak bisa kasih tahu alasannya,” kata Kepala Shift SPBU Abdul Muis, Muhammad Hatta, kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Pantauan kumparan, di SPBU yang merupakan milik Pertamina Ritel atau COCO (Company Owner Company Operated) ini, ada 24 dispenser yang berdiri. Sudah tidak ada satu pun nozzle berwarna kuning yang menjadi warna khas untuk mengalirkan Premium ke kendaraan.
Menurut Hatta, sejak Premium tidak lagi dijual di SPBU Abdul Muis, memang sempat banyak yang bertanya, biasanya sopir angkutan umum. Hatta menjelaskan kepada mereka bahwa dari pusat sudah tidak memasok lagi.
"Saya jelasinnya simple saja, sudah enggak ada Pak. Enggak jual lagi. Kalau misal dia mau komplain di sini, ya enggak bakal ditanggapin. Yang ada mobilnya mogok, enggak jalan karena enggak jadi isi," katanya.
Setelah Premium ditiadakan, di SPBU Abdul Muis hanya menjual 7 jenis BBM, yaitu Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, Dexlite, dan Biodiesel, dan Solar. Dari 7 produk, yang paling banyak dibeli adalah Pertalite.
Hatta mengatakan, untuk penjualan kemarin saja, Pertalite terjual 32 ton liter. Lalu Pertamax 19 ton liter, Pertamax Turbo 2 ton liter, Pertamina Dex 2 ton liter, dan Dexlite 4 ton liter. Penjualan biasanya paling ramai saat hari kerja, Senin-Jumat.
ADVERTISEMENT
"Dulu pas ada Premium, ya Premium paling banyak dibeli. Sehari bisa 31 ton sampai 32 ton liter per hari. Sekarang kan gantinya Pertalite," jelas Hatta.
SPBU Ketiga
SPBU ketiga yang dikunjungi kumparan adalah SPBU Pertamina nomor 34.102.06 di Hang Lekir Gelora, Tanah Abang Jakarta. Salman, salah satu petugas SPBU, bercerita sudah hampir satu bulan SPBU ini tak lagi menjual Premium.
"Sebenarnya enggak ada bedanya mana khusus mana enggak. Pokoknya kalau yang biru kayak gini (SPBU Pertamina Pasti Prima) kan emang udah enggak jual BBM premium dari sebulan yang lalu," ujar Salman kepada kumparan.
SPBU ini tidak menjual Premium karena suplainya yang dibatasi oleh Pertamina.
"Sebelumnya kita dibatasin, biasanya kan kita belanja semau kita ya. Mau belanja 32 ribu liter atau 24 ribu liter, kita punya duit ya bisa kita belanja. Cuma kalau sebelum di-cut itu dibatasi jadi 8 ribu liter per hari, karena kalau 8 ribu liter dikirim pagi, sore sudah habis," kata Salman.
ADVERTISEMENT
Salman mengaku, dirinya pernah mendapatkan aduan dari beberapa konsumen yang kesulitan mendapatkan Premium. Harga yang murah menjadi alasan masih banyaknya konsumen memilih Premium.