Penerimaan Pajak Masih Minus, APBN Tekor Rp 45,7 T di Januari 2021

23 Februari 2021 14:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait APBN Kinerja dan Fakta (Kita) Agustus 2019 di Kantor Kemenkeu. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penerimaan negara masih mengalami kontraksi di awal tahun ini. Pendapatan negara terealisasi Rp 100,1 triliun selama Januari 2020, turun 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Penurunan pendapatan itu disumbang oleh penerimaan pajak yang hanya Rp 68,5 triliun atau minus 15,3 persen (yoy). Sementara kepabeanan dan cukai terealisasi Rp 12,5 triliun, naik 175,3 persen (yoy). Untuk penerimaan negara bukan pajak (PNBP) terealisasi Rp 19,1 triliun atau turun 2,9 persen (yoy).
"Untuk APBN, saya katakan tadi sebagai akselerasi, sebagai motor penggerak ekonomi. Makanya belanjanya lebih besar, naik dari tahun lalu," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Selasa (23/2).
Untuk belanja negara, mencapai Rp 145,8 triliun atau tumbuh 4,2 persen (yoy). Kenaikan belanja negara ini didorong oleh belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp 94,7 triliun atau naik 32,4 persen (yoy). Belanja kementerian dan lembaga (K/L) mencapai Rp 48 triliun dan belanja non-K/L mencapai Rp 46,6 triliun.
Warga beraktivitas di rumahnya berlatar belakang hunian bertingkat di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sementara untuk Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mencapai Rp 51,1 triliun atau turun 25,3 persen (yoy). Ini terdiri dari Transfer ke Daerah terealisasi Rp 50,2 triliun dan Dana Desa Rp 800 miliar.
ADVERTISEMENT
Dengan hasil tersebut, defisit APBN selama Januari 2020 Rp 45,7 triliun atau mencapai 0,26 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini melebar dibandingkan Januari 2020 yang mencapai Rp 34,8 triliun atau 0,23 persen dari PDB.
"Defisit kita mungkin tidak terlalu banyak berbeda, tapi ada kenaikan. SILPA kita Rp 120,2 triliun posisinya di Januari 2021, karena pembiayaan mencapai Rp 165,9 triliun," pungkasnya.