Pengakuan Xi Jinping di Awal 2024: Ekonomi China Masih Babak Belur

2 Januari 2024 11:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin di Moskow, Rusia, 20 Maret 2023. Foto: Sputnik/Sergei Karpukhin/Pool
ADVERTISEMENT
Presiden China, Xi Jinping, mengakui perekonomian negara yang dipimpinnya tengah dalam keadaan yang sulit dan mengakibatkan kurangnya lapangan kerja dan pengangguran yang merebak.
ADVERTISEMENT
Mengutip CNN, Selasa (2/1), Presiden Xi Jinping mengakui hal tersebut dalam pidatonya pada Minggu Malam Tahun Baru 2024. Ini adalah pertama kalinya Xi menyebutkan tantangan ekonomi dalam pesan Tahun Baru sejak 2013.
“Beberapa perusahaan mengalami masa sulit. Beberapa orang kesulitan mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan dasar. Semua ini tetap menjadi pikiran saya. Kami akan mengkonsolidasikan dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi,” kata Xi.
Terpuruknya ekonomi China ini terlihat dari Indeks Manajer Pembelian (PMI) bulanan, yang menunjukkan bahwa aktivitas pabrik menurun pada bulan Desember ke level terendah dalam enam bulan.
PMI manufaktur resmi turun menjadi 49 bulan lalu, turun dari 49,4 pada bulan November yang berarti dalam keadaan kontraksi atau di bawah angka 50, meski tipis. Namun menambah panjang tren kontraksi PMI manufaktur China.
Aktivitas di salah satu pabrik mobil listrik Neta Auto di Tongxiang, China. Foto: Sena Pratama/kumparan
Sementara jika dibandingkan dengan Indonesia, PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2023 ada di posisi 52,2. Sektor manufaktur China memang tercatat babak belur hampir di sepanjang tahun 2023. Meski tercatat ekspansi pada kuartal I 2023 namun berlanjut kontraksi pada bulan-bulan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Adapun berbagai permasalahan yang menimpa perekonomian China meliputi penurunan properti yang berkepanjangan, meningkatnya angka pengangguran usia muda, harga-harga yang sangat lemah juga peningkatan tekanan keuangan pada pemerintah daerah.
Ibu Kota Beijing telah berupaya untuk menghidupkan kembali pertumbuhan dan memacu lapangan kerja, setelah meluncurkan serangkaian langkah-langkah pendukung pada tahun lalu dan berjanji untuk meningkatkan kebijakan fiskal dan moneter pada tahun 2024.
Namun, pendekatan ekonomi yang semakin statis menekankan kontrol negara terhadap urusan ekonomi dan sosial dengan mengorbankan sektor swasta, telah membuat takut para pengusaha.
Tindakan keras pemerintah terhadap dunia usaha dengan mengatasnamakan keamanan nasional juga telah membuat investor internasional enggan untuk menanamkan modal di China.
Pada hari Sabtu (30/12), Bank Rakyat Tiongkok mengumumkan telah disetujuinya permohonan untuk menghapus pemegang saham pengendali di Alipay, platform pembayaran digital yang dijalankan oleh Ant Group milik Jack Ma. Langkah ini berarti Ma telah secara resmi menyerahkan kendali atas perusahaan yang ia dirikan bersama.
Jack Ma, mantan CEO dan Executive Chairman Alibaba. Foto: Marcos Brindicci/Reuters
Ma, yang juga ikut mendirikan Alibaba Group, mengatakan pada bulan Januari lalu bahwa ia akan melapaskan tangannya di Ant, sebagai bagian dari penarikan dirinya dari bisnis daringnya. Perusahaan-perusahaannya adalah target awal tindakan keras Beijing yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Perusahaan Teknologi Besar (Big Tech) yang dianggap telah menjadi terlalu kuat di mata Partai Komunis.
ADVERTISEMENT
Sulit di Taiwan
Xi juga berjanji bahwa daratan Tiongkok akan bersatu kembali dengan Taiwan, menegaskan kembali sikap lama Beijing terhadap demokrasi pulau yang mempunyai pemerintahan sendiri, dengan komentar yang tegas menjelang pemilu penting di sana.
“Tiongkok pasti akan bersatu kembali, dan semua warga Tiongkok di kedua sisi Selat Taiwan harus terikat oleh tujuan yang sama dan berbagi dalam kejayaan kebangkitan bangsa Tiongkok,” kata Xi Jinping dalam bagian pidatonya yang didedikasikan untuk rencananya untuk modernisasi dan pembangunan Tiongkok.
Komentar tersebut muncul hanya dua minggu menjelang ajang kontestasi politik besar-besaran, yaitu pemilihan Presiden Taiwan pada 13 Januari, dan memberikan nada yang lebih tajam dibandingkan pidato Tahun Barunya tahun sebelumnya.
“Orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan adalah anggota dari satu keluarga yang sama. Saya sangat berharap bahwa rekan-rekan kita di kedua sisi Selat akan bekerja sama dengan tujuan yang sama untuk bersama-sama memupuk kemakmuran jangka panjang bagi bangsa Tiongkok,” kata Xi Jinping.
ADVERTISEMENT
Xi Jinping telah menjadikan pengambilan kendali atas Taiwan sebagai landasan tujuannya yang lebih luas untuk meremajakan Tiongkok ke posisi yang kuat dan bertaraf global. Partai Komunis Tiongkok mengeklaim Taiwan sebagai wilayahnya, meski tidak pernah menguasainya dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekerasan untuk merebut pulau tersebut.
Sementara, Taipei menuduh partai tersebut menjalankan operasi pengaruh menjelang pemilu, di mana Wakil Presiden saat ini Lai Ching-te, seorang kandidat yang secara terbuka dibenci oleh Beijing, dipandang sebagai kandidat yang paling kuat.