Pengamat: Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu Bisa Kuras Keuangan PTBA

31 Oktober 2022 15:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PLTU. Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PLTU. Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
Pengamat energi atau Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai, akuisisi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pelabuhan Ratu milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dapat menguras keuangan PTBA.
ADVERTISEMENT
"Jumlah akuisisi tersebut (USD 800 juta) setara dengan 55 persen modal PTBA yaitu Rp 22,7 triliun jika mengacu kepada laporan keuangan semester I 2022. Hal ini akan berdampak terhadap penurunan pembagian dividen PTBA kepada investor sehingga berdampak negatif terhadap harga saham PTBA di bursa," ujar Mamit dalam keterangannya, Senin (31/10).
Dia melanjutkan, saat ini sebagian besar lembaga keuangan mengarah ke green energy. Sehingga menurut Mamit, akan sulit ke depannya bagi PTBA untuk mendapatkan pendanaan jika akuisisi berlanjut.
"Meskipun akuisisi ini dalam rangka mempercepat pensiun dini PLTU Pelabuhan Ratu, tapi tetap pada prinsipnya akuisisi ini adalah ke arah energi fosil dalam hal ini batu bara. Akan sulit untuk mendapatkan pinjaman bagi PTBA terkait dengan rencana ini," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, usai FGD BLU Batu Bara, Rabu (12/10/2022). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Mamit khawatir, akuisisi tersebut justru bisa menggerus kinerja keuangan PTBA. Sebab menurutnya, bisnis inti PTBA adalah produsen batu bara, bukan pemain di pembangkit listrik.
"Karena sesuatu yang bukan bidangnya kemudian dipaksa dilakukan, maka pasar menilai negatif dan investor akan lari sehingga keuangan PTBA akan terganggu. Hal bisa mengganggu kinerja operasional PTBA dalam meningkatkan produksi batubara di tengah durian runtuh tingginya harga batubara saat ini," jelasnya.
Selain itu, Mamit juga menyatakan kekhawatirannya terkait keandalan PTBA dalam menyalurkan listrik ke masyarakat karena mereka tidak pernah mengoperasikan pembangkit secara langsung.
"Jangan sampai nanti masyarakat yang dikorbankan dengan kurangnya pengalaman PTBA di pembangkitan. Padahal kita tahu bahwa listrik saat ini merupakan komponen utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
PLTU Pelabuhan Ratu yang bakal dikelola PTBA berkapasitas 3 x 350 megawatt (MW). Nilai peralihan PLTU ditaksir sebesar USD 800 juta atau setara Rp 12,37 triliun (asumsi kurs Rp 15.474 per dolar AS).