Pengamat Beberkan Penyebab Harga Kelapa Bulat Melonjak Sejak Akhir Tahun Lalu

27 Maret 2025 13:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kebun kelapa. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kebun kelapa. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga kelapa bulat di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak akhir Desember 2024. Harga komoditas ini tercatat di pasaran meningkat dari Rp 10.000 per butir menjadi Rp 20.000 per butir menjelang lebaran ini.
ADVERTISEMENT
Pengamat pertanian Syaiful Bahari menjelaskan bahwa lonjakan harga kelapa bulat saat ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan menjelang lebaran serta terbatasnya produksi nasional.
“Sudah pasti karena tingginya permintaan (menjelang Lebaran), ditambah lagi dengan produksi kelapa nasional di Indonesia yang terus turun,” ujar Syaiful kepada kumparan, Kamis (27/3).
Berdasarkan catatan Syaiful, luas perkebunan kelapa saat ini hanya 3,34 juta hektare, dengan total produksi mencapai 2,85 juta ton per tahun. Ia menilai jumlah tersebut masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.
“Kebutuhan kelapa nasional kan tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga, tetapi juga industri. Jadi, dengan produksi 2,85 juta ton jelas masih kurang. Ketika permintaan melonjak, otomatis harga jadi naik,” tuturnya.
Selain itu, Syaiful menambahkan bahwa mayoritas produksi kelapa nasional berasal dari perkebunan rakyat, sehingga pada bulan Ramadan tenaga kerja untuk panen berkurang.
ADVERTISEMENT
“Transportasi logistik juga dibatasi menjelang Lebaran. Jadi karena itulah harga kelapa naik,” tambahnya.
Menanggapi pernyataan Kementerian Perdagangan yang menyebut ekspor sebagai penyebab kenaikan harga kelapa, Syaiful juga berkomentar.
“Sebenarnya ekspor kita masih jauhlah. Untuk kebutuhan dalam negeri saja belum cukup. Luas lahan kebun kelapa dan produksinya juga masih belum besar,” sebutnya.
Syaiful menyarankan pemerintah untuk mendorong perluasan perkebunan kelapa serta melakukan peremajaan tanaman yang sudah tidak produktif, terutama di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi sentra perkebunan kelapa.
Ilustrasi kebun kelapa. Foto: Shutterstock
Kenaikan Terjadi di Beberapa Negara
Ekonom Bidang Pertanian CORE Indonesia, Eliza Mardian, menyatakan bahwa kenaikan harga kelapa bulat tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Vietnam, dan hal ini memang berkaitan dengan keterbatasan bahan baku dan juga ekspor.
ADVERTISEMENT
“(Harga naik) itu karena adanya peningkatan permintaan, sementara dari sisi pasokan menurun akibat perubahan cuaca,” jelas Eliza.
Ia juga menjelaskan bahwa kelapa sangat sensitif terhadap perubahan cuaca, sehingga berpengaruh besar terhadap pasokan.
Selain itu, importir dari negara lain, khususnya Cina, aktif mencari kelapa, yang menyebabkan harga kelapa di negara produsen ikut naik.
“Sementara industri dalam negeri kesulitan mendapatkan bahan baku, sehingga beberapa perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerjanya,” tambah Eliza.
Berdasarkan catatannya, industri kelapa masih menghadapi idle capacity yang tinggi, bahkan ada yang hanya beroperasi pada 33 persen dari kapasitas maksimal.
Selain itu, mayoritas petani kelapa berskala kecil dengan teknik budidaya yang masih konvensional, manajemen perkebunan yang tidak berorientasi pada produksi massal, serta kurangnya pemupukan dan penerapan teknologi akibat keterbatasan modal.
ADVERTISEMENT
“Jadi perlu ada disinsentif bagi eksportir kelapa bulat, misalnya dengan menaikkan bea keluar. Ini bisa mendorong mereka untuk menjual ke industri dalam negeri agar pasokan bahan baku tetap terjaga, sekaligus menambah pendapatan negara dari bea tersebut,” tutur Eliza.