Pengamat: Keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung Sudah Tepat

14 April 2023 11:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelabuhan Kuala Tanjung dinilai sudah tepat. Foto: dok. Pelindo
zoom-in-whitePerbesar
Pelabuhan Kuala Tanjung dinilai sudah tepat. Foto: dok. Pelindo
Pengamat kepelabuhan sekaligus Direktur The National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi, mengatakan, keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara, sebagai bagian dari program strategis nasional hilirisasi dan pengiriman logistik sudah tepat.
Siswanto merespons anggapan beberapa pihak yang menyebut pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung adalah hal yang sia-sia. Ia mengatakan, pelabuhan tersebut akan menjadi pendukung aktivitas KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung. Menurutnya, kawasan industri akan efektif jika didukung dengan keberadaan pelabuhan untuk distribusi bahan baku, maupun hasil produksi, dari pabrik di dalam kawasan tersebut.
"Bagaimana mereka yang ada di kawasan industri mau membangun pabriknya jika jauh dari pelabuhan, sementara kita tahu barang konstruksi ataupun mesin-mesin pabrik, ukuran maupun jumlahnya juga cukup besar. Ini kita masih berbicara soal pembangunan pabrik, belum distribusi hasil produksi," kata Siswanto, Jumat (14/4).
Siswanto mengatakan, dari data yang ia peroleh, Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya adalah kolam pelabuhan yang memiliki kedalaman mencapai -17 meter lws (low water spring). Dengan kedalaman tersebut, Pelabuhan Kuala Tanjung dapat melayani kapal berukuran panjang mencapai sekitar 250 meter. Kapal dengan ukuran tersebut dapat mengangkut muatan barang sekitar 10.000-30.000 ton barang curah, maupun general cargo dan peti kemas kurang lebih 4.000 TEUs.
"Letak pelabuhan juga strategis, ada di Selat Malaka, jadi sangat efektif bagi industri, baik untuk ekspor maupun memenuhi kebutuhan dalam negeri," lanjutnya.
Kondisi akan berbeda jika pelabuhan dibangun di tengah atau setelah kawasan industri beroperasi. Hal itu dinilai Siswanto akan mengganggu distribusi barang karena belum ada fasilitas pelabuhan.
Siswanto menambahkan, pilihan menggunakan Pelabuhan Belawan akan menambah biaya logistik mengingat jarak yang cukup jauh dari KEK Sei Mangkei, maupun dari Kawasan Industri Kuala Tanjung.
"Membangun pelabuhan juga butuh waktu, tidak sebentar, tidak serta merta juga langsung bisa ramai, karena akan mengikuti barang atau muatan yang ada. Semua pasti sudah ada kajiannya. Jadi keberadaan Pelabuhan Kuala Tanjung sudah tepat, tinggal bagaimana pihak-pihak yang berkepentingan berkolaborasi serta memacu pengembangan kawasan industri yang ada di sekitar pelabuhan," tambah Siswanto.
Direktur Utama PT Prima Multi Terminal (PMT Kuala Tanjung) Eko Hariyadi Budiyanto, mengatakan arus kapal dan barang di Pelabuhan Kuala Tanjung terus meningkat sejak beroperasi pertama kali pada tahun 2019.
Arus peti kemas pada tahun 2019 tercatat sebanyak 23.900 TEUs, kemudian terdapat 54.000 TEUs pada tahun 2020. Arus peti kemas mengalami peningkatan pada tahun 2021 sehingga mencapai 70.300 TEUs dan terjadi sedikit penurunan sebesar 0,5 persen pada tahun 2022.
"Bukan hanya arus peti kemas yang mengalami peningkatan, arus barang curah kering juga tumbuh. Pada tahun 2022 lalu tercatat sebanyak 10,8 ton," kata Eko.
Pelabuhan Kuala Tanjung juga menangani kegiatan bongkar muat curah cair. Perseroan mencatat arus curah cair pada tahun 2019 sebanyak 102.000 ton, lalu arus meningkat menjadi 366.000 ton pada tahun 2020. Arus curah cair pada tahun 2021 tercatat sebanyak 672.000 ton.
Sementara, untuk arus barang general cargo, pada tahun 2021 sebanyak 4.100 ton dan menjadi 63.100 ton pada tahun 2022.
"Kami akui memang arus kapal dan barang masih fluktuatif, namun demikian manajemen terus berupaya untuk meningkatkan kunjungan kapal maupun arus barang di Pelabuhan Kuala Tanjung," lanjutnya.
Manajemen PMT Kuala Tanjung mengatakan telah bertemu dengan sejumlah operator kapal peti kemas internasional hingga para pemilik barang. Hasilnya, sejumlah hal perlu dilakukan untuk meningkatkan kunjungan kapal.
Misalnya, pengadaan insentif bagi pelayaran atau penyediaan depo untuk penumpukan peti kemas kosong dengan tarif kompetitif. Selanjutnya, diperlukan kerja sama dengan pemilik barang berupa jaminan biaya yang lebih kompetitif jika dibandingkan melalui Singapura. Lalu, kerja sama pelayanan kegiatan kepelabuhan dengan perusahaan yang sedang membangun pabrik di KEK Sei Mangkei. Selain itu, Kawasan Industri Kuala Tanjung perlu dioptimalkan.
Pelabuhan Kuala Tanjung di malam hari. Foto: dok. Pelindo
Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan bulk logistic dan supply chain hub. Menurut Eko, terdapat potensi arus barang kurang lebih sebanyak 2,7 juta ton per tahun apabila industri di sekitar pelabuhan sudah beroperasi penuh.
"Para pemangku kepentingan yang terdiri dari regulator, operator dan pemilik barang juga telah menandatangani komitmen bersama untuk optimalisasi Pelabuhan Kuala Tanjung. Kami optimis jika KEK Sei Mangkai dan Kawasan Industri Kuala Tanjung sudah beroperasi penuh maka dengan begitu peran dari Pelabuhan Kuala Tanjung akan semakin nyata terlihat," tegas Eko.