Pengamat Nilai Pemerintah Perlu Siapkan Ekosistem untuk Kembangkan Sapi Impor

18 Mei 2025 18:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Pengamat Nilai Pemerintah Perlu Siapkan Ekosistem untuk Kembangkan Sapi Impor
Pemerintah memutuskan untuk menambah kuota impor sapi hidup sebanyak 184.000 ekor pada tahun 2025. Tujuan untuk meningkakan produksi daging sapi dalam negeri.
kumparanBISNIS
Dokter hewan karantina melakukan pengecekan sapi impor dari Australia di Fasilitas Instalasi Karantina Hewan, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/2/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Dokter hewan karantina melakukan pengecekan sapi impor dari Australia di Fasilitas Instalasi Karantina Hewan, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/2/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pemerintah memutuskan untuk menambah kuota impor sapi hidup sebanyak 184.000 ekor pada tahun 2025. Tujuan untuk meningkakan produksi daging sapi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Pengamat peternakan dan pertanian Syaiful Bahari menjelaskan sejatinya impor sapi hidup merupakan program lama. Namun dengan adanya penambahan jumlah impor yang menyebabkan populasi sapi dalam negeri ikut bertambah maka kesiapan ekosistem pendukung menjadi hal yang perlu disorot.
“Persoalan utamanya sebenarnya bukan berapa jumlah sapi yang akan diimpor, tetapi bagaimana ekosistem peternakan sapi itu dibangun? Bagaimana persiapan lahannya? Sumber pakannya, dan penanganan penyakitnya, dan belum lagi iklimnya,” kata Syaiful kepada kumparan, Minggu (18/5).
Dia menilai banyak sapi yang diimpor Australia atau Eropa justru tidak dapat tumbuh dengan baik. Maka dari itu, Ia menyarankan agar pemerintah sebaiknya mengembangkan sapi lokal apabila tujuannya adalah penggemukan dan penciptaan nilai tambah yang melibatkan peternak-petani rumput lokal.
ADVERTISEMENT
“Seperti sapi Bali yang kini tersebar di berbagai daerah, termasuk luar Jawa. Sapi yang pertama kali dikembangkan di era presiden Soeharto tersebut, sampai kini menjadi andalan bagi peternak sapi lokal,” ujarnya.
Alasan lain mengapa pengembangan sapi lokal lebih masuk akal adalah karena peternak lokal dari di Jawa, Sumatera, Sulawesi, sampai Kalimantan sudah terbiasa mengembangbiakan sapi lokal tersebut.
Perlu Pendampingan
Pekerja membersihkan kandang sapi impor dari Australia di Fasilitas Instalasi Karantina Hewan, Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (25/2/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Selaras dengan Syaiful, pengamat dan ekonom pangan dari CORE Indonesia Eliza Mardian menyoroti adanya perbedaan cuaca dan pakan antara sapi impor dan sapi lokal.
Maka dari itu perlu pendampingan agar sapi impor dapat tumbuh dengan baik dan benar-benar menciptakan nilai tambah.
“Sapi yang diimpor ini harus yang memang cocok dikembangkan di Indonesia, jangan sampai sudah sampai di peternak sapi nya shock karena dari segi cuaca dan pakan berbeda dari biasanya,” kata Eliza.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu dengan adanya impor, hal yang perlu diperhatikan adalah kesiapan peternak lokal. Selama ini Eliza melihat peternak lokal khususnya yang ada di sektor skala kecil masih membudidayakan sapi dengan cara konvensional dan belum semua sesuai standar.
Sebelumya pemerintah memutuskan untuk menambah kuota impor sapi hidup atau bakalan sebanyak 184.000 ekor untuk mendorong produksi daging sapi dalam negeri. Keputusan ini dibarengi dengan pemangkasan impor daging kerbau akibat realisasi pemasukan yang rendah.