Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pengamat: Peluang Impor Susu dari AS Terbuka Lebar, Produksi Nasional Rendah
11 Mei 2025 15:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Pengusaha Amerika Serikat (AS) berharap Indonesia bisa meningkatkan impor susu dari Negeri Paman Sam tersebut. Permintaan ini dinilai masih bisa dilakukan karena produksi susu dalam negeri masih rendah.
ADVERTISEMENT
Pengamat pertanian dan peternakan Syaiful Bahari mengungkap saat ini produksi susu dalam negeri baru dapat memenuhi 22 persen dari kebutuhan susu nasional. Maka dari itu, peluang impor susu dari AS masih bisa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan susu nasional tersebut.
“Sebenarnya tidak ada soal, kebutuhan susu nasional sekitar 3,8 juta liter sementara produksi susu di dalam negeri kurang dari satu juta liter,” kata Syaiful kepada kumparan, Minggu (11/5).
Selain terkait pemenuhan jumlah kebutuhan nasional, terbukanya peluang impor susu dari AS disebut bagus karena kualitas susu hasil produksi dalam negeri disebut masih kurang.
“Hal ini terkait persoalan di hulu, baik soal jenis sapi yang di breeding, teknologi, lingkungan, dan lain sebagainya, yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan asosiasi peternak sapi perah,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Selama ini Indonesia sebagian besar kebutuhan susu Indonesia masih didominasi oleh impor dua negara yakni Australia dan Selandia Baru. Ekonom pangan dari CORE Indonesia Eliza Mardian juga melihat impor susu dari AS memang bisa dilakukan untuk kebutuhan dalam negeri yang masih kurang.
Nantinya, impor dapat dilakukan dalam bentuk susu bubuk di mana susu tersebut dapat dicampur dengan susu segar dari peternak lokal oleh industri pengolahan susu, atau dengan skema impor 100 persen susu skim yang tidak melibatkan peternak lokal.
Mengenai belum terpenuhinya kebutuhan susu dalam negeri dari industri dalam negeri Eliza menilai hal ini terjadi karena belum ada regulasi kuat yang mengharuskan industri pengolahan susu melakukan serapan.
“Harusnya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) juga diterapkan di industri susu. Karena tidak ada kewajiban industri dalam negeri menyerap susu peternak lokal minimal berapa persen sehingga produksi susu di level peternak ya stagnan,” kata Eliza.
ADVERTISEMENT
Saat ini Ia juga melihat industri pengolahan susu lebih banyak memilih susu impor dalam bentuk bubuk karena lebih murah dari sisi biaya.
“Sebaiknya ada regulasi bahwa industri susu menerapkan TKDN 50 atau 75 persen susu lokal. Sehingga ketika ada regulasi tersebut industri susu dalam negeri dan peternak lokal kita bisa berkembang karena pangsa pasarnya sudah ada,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Bidang Strategis Kadin, Erwin Aksa mengatakan, perusahaan susu dari AS ingin membuka pasar produknya ke Indonesia. Mengingat, konsumsi susu di Indonesia hanya baru satu gelas per orang dalam sehari, maka peluang itu kata pengusaha AS cukup besar.
"Kami diharapkan mengimpor susu lebih banyak, USD 18 miliar agar terjadi balance of trade. Kita impor agrikultur kalau tidak salah USD 3 miliar, kita ekspor kelapa sawit USD 9 miliar, dari sana terjadi defisit," ucap Erwin dalam jumpa pers di Jakarta Pusat, Jumat (9/5), dikutip Sabtu (10/5).
ADVERTISEMENT
Kata Erwin, pengusaha-pengusaha dalam negeri nantinya bisa mengimpor banyak daging, susu, gandum, etanol dari Negeri Paman Sam itu agar tak terjadi defisit perdagangan.