Pengamat Sebut Penutupan Stasiun Karet Bantu Atasi Kemacetan

3 Januari 2025 16:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penumpang menunggu kereta berhenti di Stasiun Karet, Jakarta, Kamis (2/1/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang menunggu kereta berhenti di Stasiun Karet, Jakarta, Kamis (2/1/2025). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Deddy Herlambang, menyatakan penutupan Stasiun Karet memiliki dampak positif dalam konteks makro pengelolaan transportasi di Jakarta. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang dirancang untuk mendukung integrasi kawasan dan mengoptimalkan perjalanan kereta.
ADVERTISEMENT
“Kalau perjalanan KRL, jelas akan lebih mempercepat waktu tempuh karena stasiun yang dilalui berkurang. Penumpang yang biasanya naik dari Stasiun Karet akan berjalan kaki ke BNI City, tetapi hal ini sesuai dengan konsep TOD,” kata Deddy kepada kumparan, Jumat (3/1).
Deddy menjelaskan, kawasan Dukuh Atas sudah didesain sebagai pusat TOD. Artinya, integrasi antarmoda menjadi fokus utama.
“Jarak antara Stasiun Karet ke BNI City hanya 200 meter, masih dalam lingkup pejalan kaki. TOD dalam Rencana Transportasi Jabodetabek (RTJ) menetapkan patokan maksimal 500 meter untuk akses pejalan kaki, sehingga ini masih ideal,” ungkapnya.
Menurutnya, desain TOD bertujuan untuk memprioritaskan transportasi non-motoris, seperti pejalan kaki dan pesepeda. Sehingga penutupan Stasiun Karet mendukung pengurangan penggunaan kendaraan pribadi.
ADVERTISEMENT
Selain mendukung TOD, Deddy menilai penutupan Stasiun Karet juga dapat mengurangi kemacetan di sekitar kawasan tersebut. “Setiap hari, kemacetan di kawasan Karet cukup parah. Dengan ditutupnya stasiun, kawasan ini dapat diubah menjadi area pedestrian yang lebih luas, sehingga lebih nyaman bagi pejalan kaki,” imbuhnya.
Ia juga menyebutkan perubahan ini mungkin terasa sulit bagi pengguna yang sudah terbiasa turun dan naik di Stasiun Karet. Namun, penyesuaian akan terjadi seiring waktu, baik dari trayek angkutan umum hingga pola perjalanan masyarakat.
Deddy juga mengkritik pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir yang mengatakan penutupan ini bertujuan untuk memaksimalkan Stasiun BNI City.
“Pernyataan itu kurang tepat. Penutupan ini lebih relevan untuk mendukung integrasi kawasan dan mengoptimalkan desain TOD, bukan sekadar memaksimalkan satu stasiun,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap Stasiun KRL Karet akan ditutup tahun ini. Keputusan itu merupakan usaha melancarkan konektivitas antarstasiun yang saling berdekatan.
Stasiun Karet saat ini memiliki jarak yang berdekatan dengan Stasiun KRL sekaligus Stasiun Kereta Bandara BNI City dan Stasiun Sudirman. Karena itu, Erick menilai keberadaan Stasiun Karet tak lagi efektif untuk naik-turun penumpang.
“Yang dibilang kan, bagaimana kita membangun ekosistem stasiun ini. Mungkin di Karet ditutup,” kata Erick kepada wartawan di Stasiun BNI City, Jakarta, Rabu (1/1) dikutip Kamis (2/1).
Sementara itu, Direktur Pengembangan Usaha PT KAI, Rudi As Aturrridha menyebutkan, penutupan Stasiun Karet ini akan disesuaikan dalam Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) 2025, meski begitu, dia tak menyebut kapan GAPEKA 2025 bakal terbit.
ADVERTISEMENT
“Rencana nanti, di 2025, waktunya baru kita menunggu penyesuaian GAPEKA,” ujar Rudi.