Pengamat Sebut RI Tingkatkan Impor Migas dari AS Buat Tambah Pasokan

20 April 2025 19:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kilang minyak di AS. Foto: Alizada Studios/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kilang minyak di AS. Foto: Alizada Studios/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Yayan Satyakti, mengatakan, peningkatan porsi impor migas, yakni Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan minyak atau crude oil dari Amerika Serikat (AS) karena RI membutuhkan kedua pasokan energi itu.
ADVERTISEMENT
"Karena kita kan relatif tergantung ke mereka ya dibandingkan mereka ke kita. Kebutuhan (energi) kita terhadap Amerika itu lebih tinggi," ucap Yayan ketika dihubungi kumparan, Minggu (20/4).
Menurut Yayan, dengan adanya kebijakan tarif impor yang diteken Presiden Trump, membuat Indonesia mau tak mau ikut aturan main AS, termasuk mengimbangi neraca perdagangan RI-AS dari sisi pasokan energi.
"Ketika terjadi masalah yang sekarang ya saya kira kenapa Indonesia melakukan impor (tambahan) dikarenakan dengan adanya rezim Trump ini ya Indonesia tidak bisa berbuat banyak ya," lanjutnya.
Yayan memprediksi Indonesia masih akan ketergantungan dan mengandalkan energi fosil 30-50 tahun ke depan.
"Kalau kita sih Indonesia kita akan tetap pakai energi fosil ke depan ya. Saya sudah melakukan beberapa kajian mungkin 30 sampai 50 tahun ke depan kita masih mengandalkan fosil," imbuh Yayan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Pemerintah Indonesia akan meningkatkan porsi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan minyak atau crude oil dari Amerika Serikat. Hal ini sebagai bagian dari strategi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara yang disorot Presiden AS Donald Trump.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjawab pertanyaan wartawan usai mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/3/2025). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Untuk impor LPG dari AS akan ditambah menjadi 85 persen, dari saat ini sekitar 54 persen. Sementara itu, impor minyak atau crude oil dari AS yang sebelumnya tidak lebih dari 4 persen akan ditingkatkan menjadi lebih dari 40 persen.
"Sekarang kan 54 persen impor LPG kita dari Amerika dan itu akan kita naikkan sekitar 80-85 persen. Kemudian crude oil kita di Amerika itu tidak lebih dari 4 persen, ini kita naikkan menjadi 40 persen lebih. BBM juga demikian, BBM di Amerika itu kan sedikit sekali, nanti detailnya setelah saya akan melakukan pembahasan teknis dengan tim teknis dan Pertamina," ujar Bahlil usai rapat bersama Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (17/4).
ADVERTISEMENT
Bahlil melanjutkan, nilai perdagangan yang akan dilakukan Indonesia dari sektor energi ini diperkirakan mencapai lebih dari USD 10 miliar atau sekitar Rp 168 triliun (kurs Rp 16.833 per dolar AS). "Di atas USD 10 miliar kalau dari sektor BBM. Crude oil, LPG, maupun BBM," tambahnya.