Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengamat soal Tiket Pesawat Domestik Mahal: Pengeluaran Dolar, Pendapatan Rupiah
18 Mei 2024 19:46 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Tarif tiket pesawat penerbangan domestik selalu disebut lebih mahal dibandingkan dengan tarif tiket pesawat luar negeri. Penerbangan Jakarta-Singapura saat ini lebih murah dibandingkan penerbangan rute dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pantauan kumparan di Online Travel Agency (OTA) Traveloka, pada rute penerbangan Jakarta-Singapura, tarif paling murah dengan maskapai Batik Air senilai Rp 1.020.500. Namun dengan maskapai yang sama, harga tiket pesawat rute Jakarta-Bali menyentuh Rp 1.509.100.
Sedangkan untuk Jakarta-Medan, harga tiket pesawat mencapai Rp 1.814.000. Tarif tiket pesawat lebih mahal yaitu rute Jakarta-Makassar seharga Rp 1.939.600.
Pengamat Penerbangan Alvin Lie menilai banyak komponen yang mempengaruhi harga tiket pesawat mahal. Tarif tiket pesawat domestik juga terpengaruh nilai tukar rupiah.
“Penerbangan domestik ini biayanya banyak biaya yang dalam US dolar, tapi penghasilannya rupiah. Ini beda kalau yang internasional. Tiket dijual dengan harga dolar juga, jadi lebih ringan,” ujar Alvin saat dihubungi kumparan, Sabtu (18/5).
Dengan aturan tarif batas atas (TBA), maskapai tidak bisa menjual dengan harga lebih tinggi karena sudah dipatok oleh pemerintah. Sehingga ketika penumpang sepi, sumber daya keuangan untuk subsidi silang terbatas sehingga maskapai tidak bisa menjual tarif tiket lebih murah lagi.
ADVERTISEMENT
“Permasalahan yang harus ada solusinya dan itu kuncinya ada di Kementerian Perhubungan. Komponen biaya yang besar dalam operasi penerbangan. Unsur tunggal yang terbesar adalah bahan bakar avtur,” terang Alvin.
Alvin juga mencermati jumlah kapasitas penumpang jadi alternatif harga tiket pesawat turun. Saat ini tingkat keterisian rata-rata masih 62,82 persen.
“Biaya pengeluaran tetap sama kan mau itu terisi 100 persen maupun 62,8 persen, biayanya sama. Nah ini yang membuat biaya atau harga tiket per kursinya ini menjadi mahal. Jadi kita ini bukan kekurangan pesawat kita, ini kekurangan penumpang,” tutur Alvin.