Pengamat Tampik Pernyataan Zulhas Soal Deflasi RI Karena Harga Pangan Murah

6 Oktober 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pedagang malayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pedagang malayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pengamat pertanian Syaiful Bahari membantah tren deflasi berturut-turut akibat harga pangan yang turun. Syaiful menilai, deflasi kali ini menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang menurun.
ADVERTISEMENT
“Deflasi itu sumber utamanya daya beli masyarakat yang turun sementara supply tetap terus berjalan, bukan karena harga pangan yang murah, pasar semakin sepi, permintaan menurun,” kata Syaiful kepada kumparan, Minggu (6/10).
Penurunan daya beli masyarakat membuat pasar tradisional semakin sepi, akhirnya pedagang memilih untuk menurunkan harga jual.
Sehingga, meskipun harga pangan cenderung lebih murah dari biasanya, tetapi hal ini tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik.
“Karena daya beli masyarakat turun, konsumsi lambat. Akhirnya banyak barang di pasar tetapi jarang yang beli (dan) pedagang banting harga. Makanya yang terlihat dari luar adalah harga pangan anjlok,” imbuh Syaiful.
Sejumlah pedagang malayani pembeli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
Syaiful menilai pemerintah seolah menutupi fakta keadaan ekonomi Indonesia tengah tidak baik-baik saja dan menganggap masyarakat tidak menyadari hal ini. “Pemerintah selama ini selalu membolak-balikkan fakta dan hukum-hukum ekonomi,” tutup Syaiful.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Zulhas menyebut deflasi terjadi akibat harga-harga pangan yang terlalu murah. Misalnya, kata dia, harga cabai yang patokannya Rp 40 ribu per kilogram, di pasar hanya Rp 15 ribu per kilogram.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (4/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
"Saya bilang terlalu murah pasti saya dibully lagi nih. Cabai terlalu murah, misalkan patokan kita Rp 40 ribu, di pasar cuma Rp 15 ribu, itu langsung bangkrut petaninya gitu loh, atau apa? Telur, kalau telur standar kita kan Rp 28 ribu, kalo dia cuma harganya 24 ribu, itu tutup. Nah ini memang ada beberapa yang terlalu murah. Terlalu murah," kata Zulhas Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/10).
Terkait dengan dugaan deflasi akibat daya beli masyarakat yang turun, Zulhas mengatakan hal tersebut harus dikaji lebih jauh. Dia mengaku saat keliling ke pasar-pasar, diketahui ada peralihan musim yang membuat panen lebih sempurna.
ADVERTISEMENT