Pengamat Ungkap Kendala Kalau RI Mau Ekspor Telur Ayam ke AS

27 Maret 2025 16:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa di ICBB Bogor, Rabu (4/12). 
 Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa di ICBB Bogor, Rabu (4/12). Foto: Muhammad Fadli Rizal/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, menyoroti rencana pemerintah mau ekspor komoditas telur ayam ke Amerika Serikat (AS). Menurutnya, masalah pengiriman dan transportasi menjadi kendala rencana tersebut.
ADVERTISEMENT
Andreas mengungkapkan telur ayam yang berasal dari peternakan rakyat hanya memiliki ketahanan simpan tidak sampai satu bulan.
"Itu hanya 1 sampai 3 minggu masa penyimpanan sampai dari diproduksi sampai ke konsumen itu hanya 2 sampai 3 minggu tanpa perlakuan apa pun," ucap Andreas ketika dihubungi kumparan, Kamis (27/3).
Andreas menyinggung proses transportasi dari di peti kemas Indonesia sampai ke AS. Katanya, proses dari produsen ke pelabuhan memakan waktu seminggu, lalu perjalanan antarbenua itu sudah menghabiskan waktu 2 minggu, belum lagi lamanya waktu ketika telur masuk ke gudang penyimpanan importir.
"Jadi kalau dari sisi itu saja kan enggak mungkin, gimana caranya? Sudah 1 bulan lebih, nah terus gimana caranya," ujar Andreas.
Telur ayam yang dijual di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
Di waktu yang berbeda, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menilai pemerintah harus penuhi kebutuhan dalam negeri lebih dahulu, terlebih saat ini ada program Makan Bergizi Gratis (MBG), sebelum memutuskan mengekspor telur ayam.
ADVERTISEMENT
Meskipun komoditas telur ayam produksi dalam negeri surplus 10 persen, Arief wanti-wanti dalam memutuskan ekspor telur. Jika pemerintah sudah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, punya teknologi khusus terkait telur, maka ekspor jadi salah satu hal yang bisa dipertimbangkan.
"Jangan lupa ya, ini kan ada Makan Bergizi Gratis Itu kan nanti akan 5 ribu SPPG. Satu SPPG itu kan cover 3 ribu berarti kan 15 juta [telur]. Nanti kalau sampai 82 juta penerima, 82,9 juta, itu kan berarti habis semua terserap tuh," kata Arief ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (24/3).
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman membuka peluang ekspor telur ke AS yang saat ini kekurangan telur.
“Kita memang sekarang pangan kita umumnya surplus, ekspor ayam kita surplus, telur juga surplus. Mudah-mudahan,” kata Amran saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat pada Kamis (6/3).
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono membuka opsi ekspor telur ayam ke AS mencapai 1,6 juta butir. “Berapa kontainer, nanti bisa dicek ke lah. Ke Amerika setiap bulan. Jadi kita bisa, kita ikut. Ya kan bagus juga ya, jadi kita punya market baru,” kata Sudaryono.
Meski begitu, Sudaryono menegaskan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri. Untuk jenis telur yang rencananya diekspor adalah telur premium.