Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
![Sejumlah penumpang menunggu keberangkatan KRL di Stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (13/2/2023). Foto: Fauzan/Antara Foto](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gs6rdscb6gmp06zck23tyjc6.jpg)
ADVERTISEMENT
Sejumlah pengguna KRL mengeluhkan padatnya gerbong. Terlebih pada jam-jam sibuk seperti pagi dan sore, ketika orang-orang berangkat dan pulang bekerja.
ADVERTISEMENT
Abdi, penumpang asal Bandung yang kerap menggunakan KRL sebagai moda transportasinya di Jabodetabek, menyebutkan kereta yang dia tumpangi sudah sangat padat. Alhasil tiap berangkat dan pulang kerja, Abdi harus berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Abdi berpendapat rencana impor gerbong KRL bekas harus segera dilaksanakan pemerintah. Jika tidak, jumlah penumpang akan semakin membeludak.
Menurutnya pergantian gerbong ini sudah mendesak, lantaran sudah banyak gerbong yang kondisinya sudah tidak layak.
“Menurut saya, massa KRL sudah cukup padat, padat banget malahan. Ini jelas perlu penyesuaian,” tutur Abdi ketika diwawancarai kumparan ketika ditemui di Stasiun Palmerah, Senin (6/3).
“Kalau tidak segera final (impor gerbong), kereta bisa semakin padat. Bisa kacau, meledak KRL-nya,” lanjutnya.
Penumpang KRL lainnya bernama Langit, juga mendukung rencana impor. Ia berharap pergantian gerbong segera dilaksanakan, dengan catatan kualitas gerbong yang diimpor dari luar negeri berkualitas tinggi.
ADVERTISEMENT
“Selama memang gerbong impor bagus dan lebih baik dari sekarang nggak apa-apa, tapi kalau gerbong kualitasnya nggak jauh, menurut saya sama saja hasilnya,” ujar Langit ketika ditemui kumparan di Stasiun Palmerah.
Terpisah, Dina, penumpang stasiun Palmerah lainnya, menyebutkan dirinya merasa cukup nyaman dengan kondisi kereta saat ini, baik dari kualitas gerbong maupun jumlah. Menurutnya, gerbong yang tersedia di setiap KRL sangat memadai.
“Kalau impor nggak jadi, sebenarnya nggak masalah. Karena untuk 12 gerbong itu masih cukup. Tapi mungkin biar nggak terlalu padat setiap kereta, sebaiknya gap antara satu kereta dengan yang lain jangan terlalu jauh, jadi tidak nunggu terlalu lama,” kata Dina kepada kumparan.
Sempat Menolak, Menperin Buka Opsi Impor KRL Bekas
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akhirnya membuka opsi untuk melakukan impor rangkaian kereta (train set) bekas untuk KRL Jabodetabek dari Jepang.
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, kebijakan importasi harus mempertimbangkan keseimbangan antara penggunaan industri dalam negeri, penyerapan tenaga kerja dan pelayanan transportasi publik.
"Importasi tetap ada dalam opsi, walaupun tidak prioritas (apalagi barang bekas). Kebijakan bisa berupa retrovit atau gabungan antara retrovit dan importasi," ujar Agus, mengutip Antara, Sabtu (4/3).
Agus meminta perencanaan kebutuhan kereta api harus lebih terstruktur dan sistematis agar kebutuhannya dapat dipersiapkan industri dalam negeri.
"Catatan yang terpenting adalah perencanaan kebutuhan kereta api seharusnya lebih terstruktur dan sistematis, jangka menengah dan jangka panjang," katanya.
Kemenperin sempat tak merestui pengajuan impor rangkaian KRL yang diajukan PT Commuter Indonesia (KCI) atau PT KCI. Hal tersebut terungkap dari keterangan PH&H Public Policy Interest Group, Agus Pambagio.
ADVERTISEMENT
Agus mengungkap, surat penolakan terebut datang dari Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian tertanggal 6 Januari 2023.
Dalam surat itu disebut bahwa impor belum direstui karena fokus pemerintah meningkatkan produksi dalam negeri serta substitusi impor melalui program peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN).
"Pada akhirnya Dirjen Daglu Kementerian Perdagangan telah mendapatkan surat jawaban dari Dirjen ILMATE Kementerian Perindustrian tertanggal 6 Januari 2023 (perlu 4 bulan untuk menjawab) yang menyatakan pertimbangan teknis atas rencana impor oleh PT KCI belum dapat ditindaklanjuti dengan fokus Pemerintah meningkatkan produksi dalam negeri serta substitusi impor melalui Program Peningkatan Pengguna Produk Dalam Negeri (P3DN),” kata Agus, Minggu (26/2).