Penghasilan Ojol hingga Pedagang Asongan Turun, Warteg Mulai Setop Menu Daging

7 Juli 2021 17:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warteg Gang Mangga Foto: Mela Nurhidayati Syamsiyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warteg Gang Mangga Foto: Mela Nurhidayati Syamsiyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Berlakukanya PPKM Darurat sebagai upaya menekan laju kenaikan kasus COVID-19, dikhawatirkan memukul perekonomian lebih dalam lagi.
ADVERTISEMENT
Pembatasan ketat hingga 20 Juli 2021 itu disertai imbauan untuk bekerja dari rumah. Alhasil sebagian besar pekerja yang mengandalkan pergerakan masyarakat, seperti ojek online (ojol) hingga pedagang asongan, dinilai bakal mengalami penurunan penghasilan.
Para pengusaha warteg pun mulai mengantisipasi penurunan pendapatan kelompok yang merupakan pelanggan mereka ini, dengan mengurangi menu-menu yang mahal.
Menurut Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Mukroni, warteg-warteg di Jabodetabek mulai tidak menghidangkan daging sebagai salah satu lauk yang bisa dipesan.
"Daya beli masyarakat turun, warteg jualan daging mulai enggak ada, jualan daging dinilai enggak laku. Paling tahu, tempe orek, sayuran karena daya beli masyarakat juga berkurang dan semakin terpuruk," jelas Mukroni kepada kumparan, Rabu (7/7).
Menu Warteg Barokah. Foto: Tio/kumparan
Langkah ini, kata Mukroni, juga dilakukan sebagai antisipasi turunnya omzet warung Tegal imbas berjalannya PPKM Darurat. Menurunnya aktivitas karyawan kantoran hingga 75 persen, sudah mulai berdampak pada turunnya pendapatan.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, ada larangan untuk melayani makan di tempat atau cuma boleh melayani pesanan untuk dibawa pulang. Menurut Mukroni, sebagian besar pengusaha warteg belum melek digitalisasi sehingga kecil kemungkinan mengharapkan pemasukan dari pesanan lewat aplikasi online.
Hal itu ditambah lagi dengan mayoritas pelanggan mereka berasal dari kalangan masyarakat kelas bawah yang juga belum melek digital.
"Kan sudah ada kontrak supaya take away, warteg kan mohon maaf untuk kelas menengah bawah. Mereka belum tersentuh digitalisasi, mereka pedagang asongan. Driver ojol kan makannya juga di warteg langsung karena lebih murah, Rp 5 ribu dapat tempe," pungkas Mukroni.