Pengusaha Anggap Harga Acuan Gula Dikerek Tak Otomatis Bikin Pasokan Meningkat

24 April 2024 9:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rak gula pasir di Super Indo Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Jumat (9/2/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rak gula pasir di Super Indo Pasar Rebo, Jakarta Timur pada Jumat (9/2/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga Acuan Pemerintah (HAP) gula dinaikkan sementara menjadi Rp 17.500 per kg, menyusul usulan Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) yang mewanti-wanti kelangkaan pasokan.
ADVERTISEMENT
Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Yadi Yusriyadi, menilai harga acuan gula tersebut tidak otomatis membuat stok di pasaran meningkat.
“Kenaikan HAP tidak otomatis meningkatkan ketersediaan gula di pasar, termasuk ritel modern,” kata Yadi kepada kumparan pada Rabu (24/4).
Apalagi, kata Yadi, importasi gula saat ini juga dipengaruhi pelemahan nilai tukar rupiah. “Kenaikan HAP akan mengungkit harga gula produsen termasuk petani tebu dan mengeliminir kerugian importir gula akibat kenaikan harga gula dunia dan melemahnya nilai rupiah,” jelas Yadi.
Yadi menganggap impor gula saat ini diperlukan untuk menambah stok nasional yang diperkirakan hanya akan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia hingga Juni 2024.
Lantaran, produksi gula pasir dalam negeri sebagian besar masih belum memasuki musim giling tebu.
ADVERTISEMENT
“Karena saat ini stok gula tipis sekitar 330.000 ton dan sebagian besar dalam bentuk bulk (karung). Sedangkan Pabrik Gula (PG) sebagian besar belum giling, sehingga penambahan gula dari gula impor,” terang Yadi.
Rak gula pasir di Alfamidi Jalan Poltangan, Jakarta Selatan pada Jumat (9/2/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Yadi mengatakan sejak dua tahun lalu, realisasi impor gula terhambat oleh kenaikan harga gula dunia yang signifikan, yaitu dua kali lipat dari harga gula tiga tahun sebelumnya. Kondisi ini diperparah dengan adanya proyeksi penurunan produksi dalam negeri pada tahun ini. Menurutnya, hal tersebut yang membuat stok gula saat ini terus menipis.
“Produksi gula tahun 2024 diprediksi disekitar 2,1 juta ton, turun dari tahun 2023 sebesar 2,271 juta ton. Sedangkan kebutuhan gula konsumsi sekitar 3, juta ton,” tutur Yadi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), sesuai dengan neraca komoditas, alokasi impor 2024 untuk gula konsumsi sebanyak 708.609 ton (setara gula kristal putih/GKP) dan gula pemenuhan bahan baku industri atau bahan baku gula rafinasi sebanyak 4,77 juta ton.