Pengusaha Beberkan Penyebab Gula Langka di Ritel Modern

24 April 2024 10:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rak gula pasir di Alfamidi Jalan Poltangan, Jakarta Selatan pada Jumat (9/2/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rak gula pasir di Alfamidi Jalan Poltangan, Jakarta Selatan pada Jumat (9/2/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Yadi Yusriyadi, membeberkan penyebab kelangkaan gula konsumsi atau gula pasir di ritel modern saat ini.
ADVERTISEMENT
Menurut Yadi, hal ini disebabkan oleh gula kemasan bermerek yang dijajakan di ritel modern tengah mengalami kekurangan pasokan. Yadi menyebut gula di ritel modern sebagai gula kemasan branded.
“Retail modern umumnya menggunakan gula kemasan branded, jadi pasoknya lebih terbatas bahkan bisa kosong,” kata Yadi kepada kumparan pada Selasa (23/4).
Sesuai dengan namanya, Yadi bilang, pengusaha harus merogoh kocek tambahan untuk pengemasan gula branded.
Sedangkan, untuk gula curah yang dijual di pasar tradisional, pedagang cukup mengemas dengan plastik bening saja. Menurutnya, tidak heran jika pasokan gula konvensional masih ada.
“Secara umum harganya (gula konvensional) lebih murah dari gula branded, karena ongkos packing-nya bisa selisih Rp 700 per kg dan rantai distribusi bisa lebih pendek,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Yadi, dari segi ukuran, biasanya pedagang di pasar tradisional juga menyediakan kemasan yang lebih kecil dari kemasan gula di ritel modern, seperti 0,5 kg.
Ilustrasi gula pasir. Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Terlebih dari sisi harga jual, Yadi melihat, pedagang di pasar tradisional lebih leluasa untuk menentukan harga jual, bahkan melebihi HAP yang telah ditentukan pemerintah.
"Namun di pasar tradisional dengan kemasan konvensional masih cukup tersedia walaupun harganya saat ini juga menembus di atas HAP yang baru. Pasar tradisional lebih fleksibel menentukan harga, yang penting barang tersedia sesuai permintaan," terangnya.
Sementara, Yadi bilang, stok gula pasir nasional saat ini hanya 330.000 ton dan sebagian besar dalam bentuk bulk atau karung. Jumlah ini menurutnya hanya akan cukup untuk kebutuhan masyarakat Indonesia hingga Juni.
ADVERTISEMENT
Penambahan stok sementara masih mengandalkan impor lantaran sebagian besar Pabrik Gula (PG) belum giling.
Padahal importasi gula juga tengah babak belur dihantam pelemahan rupiah dan mahalnya harga gula dunia.
Dalam catatan kumparan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menaikkan sementara HAP gula pasir menjadi Rp 17.500 per kg.