Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pengusaha Korsel Ngeluh soal Hambatan Impor-HGBT ke Menperin
29 April 2025 15:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Salah satu perusahaan asal Korsel dalam Delegasi Federation of Korean Industries (FKI) meminta bantuan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menghapus hambatan impor hingga meminta Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
ADVERTISEMENT
Perusahaan asal Korea itu KCC Glass, dalam pertemuan dengan Menteri Perindustrian (Menperin), CEO KCC Glass Kim Nae-Hoan mengatakan saat ini KCC Glass tengah berupaya untuk mewujudkan investasi tahap kedua.
Sementara dalam pembangunan pabrik kedua yang direncanakan untuk fasilitas produksi kaca otomotif dan kaca gedung tinggi ini menemui sejumlah hambatan impor.
“Seperti kami dibantu untuk pabrik pertama kemarin, kami juga memohon bantuan sekali lagi dari pemerintah Indonesia untuk perizinan,” katanya di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Tulodong, Jakarta Selatan, Selasa (29/4).
Dia menceritakan, sebelumnya Kemenperin sempat membantu KCC Glass dalam pengadaan barang untuk pembuatan pabrik pertama di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Setelah pabrik pertama yang berorientasi ekspor ke Korea ini beroperasi pada November lalu, KCC Glass berencana untuk membuat pabrik kedua dan keputusan tersebut akan diteken pada 1-2 bulan ke depan. Dia juga memastikan akan menggunakan 100 persen bahan baku dari dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Minta Harga Gas Tertentu
Selain meminta kemudahan impor, KCC Glass juga meminta Kemenperin dari sisi harga gas. KCC Glass meminta jatah Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT).
Dia menyoroti pentingnya gas sebagai bahan baku pembuatan kaca yang juga mempengaruhi daya saing produk akhir.
“Kami juga memohon perhatian khusus untuk memberikan HGBT untuk pabrik pertama maupun pabrik kedua, supaya kami bisa menggunakan gas yang efisien dan sebanyak Rp 400 ribu,” jelasnya.
Dia juga menegaskan akan terus menginformasikan progres realisasi investasi proyek kedua ini.
“Untuk saat ini, di kawasan Batang sudah cukup bahannya, tetapi untuk kaca otomotif EV, kami sedang mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi lahan,” tuturnya.
Dalam pertemuan itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan akan membantu KCC Glass dalam menghadapi sederet hambatan impor.
ADVERTISEMENT
“Kalau hambatan impor kami akan membantu selama masih dalam master list,” kata Agus.
Meskipun menurut Agus, Kemenperin belum mendengar secara lebih rinci hambatan-hambatan impor yang dimaksud pengusaha tersebut.
“Tadi mereka tidak menyampaikannya,” tutur Agus.
Namun, Agus menyebutkan Kemenperin akan mengupayakan kelancaran investasi yang masuk ke Indonesia, termasuk sejumlah hambatan-hambatan yang ditemui investor saat akan menggelontorkan modal di Indonesia.
Hal ini dikarenakan Agus melihat investasi adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Jadi pertemuan tadi sangat positif, sangat baik. Karena paling tidak kami bisa mengetahui dan bisa diinformasikan terhadap apa saja yang menjadi hambatan di lapangan yang diadakan oleh mereka,” jelas Agus.
Sebelumnya, PT KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah (Jateng) resmi beroperasi pada Oktober 2024. Pabrik ini menjadi pabrik industri kaca terbesar se-Asia Tenggara atau ASEAN.
ADVERTISEMENT
Nilai investasi perusahaan berorientasi ekspor ini sekitar Rp 5 triliun dan akan menempati lahan seluas 49 hektare di KIT Batang dan diperkirakan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 1.200 orang.
Indonesia Masih Jadi Tujuan Investasi
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menerima kunjungan Delegasi Federation of Korean Industries (FKI) di Kantor BPSDMI Kemenperin, Jakarta Selatan, Selasa (29/4).
Dalam pertemuan itu, Agus menuturkan masih ada perusahaan Korea yang minat berinvestasi di Indonesia. Menurut dia, ini menunjukkan Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi yang menjanjikan.
“Ada perusahaan yang menyampaikan akan membuka pabrik baru yang selama ini mereka belum pernah menyiapkan fasilitas Indonesia di Indonesia. Jadi mereka melihat prospek Indonesia sebagai negara tujuan investasi itu masih sangat baik,” kata Agus di Kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Tulodong, Jakarta Selatan, Selasa (29/4).
ADVERTISEMENT
Kemudian, dalam pertemuan ini ada beberapa perusahaan asal Korea yang telah berinvestasi di Indonesia menyampaikan akan memperluas bisnisnya di Tanah Air.
Selain itu, ada juga beberapa perusahaan yang menyampaikan sejumlah keluhan hambatan di lapangan juga hambatan impor yang ditemui selama berbisnis di Indonesia.
“Jadi pertemuan tadi sangat positif, sangat baik, karena paling tidak kantor kami bisa mengetahui dan bisa diinformasikan terhadap apa saja yang menjadi hambatan di lapangan yang dihadapi oleh mereka,” imbuhnya.
Agus memastikan pemerintah akan membantu kelancaran investor dalam proses masuk dan berjalannya investasi di dalam negeri. Sehingga setiap keluhan dan informasi dari perusahaan-perusahaan asal Korea ini akan ditampung dan ditindaklanjuti.
Hal ini dikarenakan menurut Agus, penanaman modal harus menguntungkan kedua belah pihak, baik yang berinvestasi maupun yang menerima investasi.
ADVERTISEMENT
“Isu-isu yang tadi disampaikan mereka yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah, dari pemerintah. Tapi juga kan ada yang positif (mereka) berkomitmen untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi Indonesia melalui investasi mereka,” katanya.