Pengusaha Mamin Keluhkan Beban Produksi Naik Rp 6 T Imbas Rupiah Anjlok

25 Juni 2024 19:09 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengusaha industri makanan dan minuman (mamin) mengeluhkan beban produksi akan naik imbas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah sore ini mulai menguat 19 poin (0,12 persen) ke Rp 16.375 per dolar AS, padahal di awal Juni 2024, kurs rupiah masih Rp 16.042 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S Lukman membeberkan pelemahan rupiah ini akan menambah beban produksi industri mamin hingga Rp 5 triliun sampai Rp 6 triliun. Hal ini dikarenakan ada kenaikan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk impor empat bahan baku produksi utama, meliputi gandum, susu, garam dan gula.
“Gandum, susu, garam, gula itu aja kira-kira impornya menurut BPS (Badan Pusat Statistik) USD 9 miliar. Kalau pelemahan sampai sekarang year to date sekitar 6,5 persen sekitar. Kalau 6,5 persen dari Rp 16.000 kan berarti sekitar Rp 800, itu dikali USD 9 miliar. (Jadi) baru yang empat utama saja sudah sekitar Rp 5 triliun (sampai) 6 triliun. Tentunya ini jadi beban industri,” kata Adhi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, (25/6).
Hero Supermarket gelar Italian Fair, pamerkan makanan dan minuman dari Italia. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Kendati demikian, Adhi memastikan pelaku usaha industri mamin skala besar belum melirik rencana kenaikan harga produk. Sebab masih memiliki daya tahan stok hingga tiga sampai empat bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
Namun, lanjut Adhi, hal tersebut tidak berlaku untuk Industri Kecil Menengah (IKM) mamin yang memiliki ketahanan stok bahan baku/bahan baku penolong dalam hitungan hari atau mingguan.
“Tapi bagi IKM, mereka stok harian (atau) mingguan, mau tidak mau mereka langsung menyesuaikan harga. (Industri mamin) menengah besar masih berusaha menyerap mengurangi margin,” jelas Adhi.
Adhi berharap pemerintah akan terus mengupayakan penguatan nilai tukar rupiah. Dia menuturkan, jika rupiah menembus level Rp 16.500 per dolar AS, maka beban industri akan semakin berat. “Pemerintah harus bertahan, jangan sampai jebol lagi. Kalau ini lewat lagi, sangat berat sekali,” imbuh Adhi.
Meski Adhi juga tidak menampik, saat ini kondisi permintaan industri makanan masih terpantau baik dan menyokong kinerja industri mamin. “Tapi demand makanan kan masih cukup,” tambah Adhi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Kemenperin kontribusi industri mamin pada kuartal I 2024 sebesar 39,91 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non migas, dan 6,97 persen terhadap PDB nasional. PDB industri mamin mengalami peningkatan menjadi 5,87 persen pada triwulan I tahun 2024 dibanding periode sebelumnya sebesar 5,33 persen.
Selain itu, dari sisi ekspor, pada kuartal I 2024 industri makanan membukukan nilai sebesar USD 9,18 miliar, dengan nilai impor sebesar USD 4,27 miliar. Dengan demikian, sektor industri makanan masih melanjutkan neraca dagang positif di kuartal I 2024 sebesar USD 4,91 miliar.