Pengusaha Masih Was-was Dampak Iran-Israel ke Logistik, Ini Antisipasinya

22 April 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perusahaan logistik Puratrans (PT Putra Rajawali Kencana Tbk). Foto: Puratrans
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perusahaan logistik Puratrans (PT Putra Rajawali Kencana Tbk). Foto: Puratrans
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para pengusaha di sektor logistik dan pelayaran masih mengantisipasi dampak eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel berdampak negatif kepada industri di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan, menuturkan konflik tersebut tentunya berdampak ke logistik nasional karena Indonesia masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rantai pasok global.
Terlebih, kata Akbar, mengingat Indonesia juga masih menjadi salah satu negara importir migas terbesar di dunia. Adapun mayoritas impor minyak Indonesia berasal dari Arab Saudi.
"Sehingga tentu akan berdampak langsung kepada biaya BBM bagi dunia pelayaran, sehingga tentunya akan terjadi kenaikan biaya freight cost dari pelayaran internasional bahkan domestik," jelas Akbar kepada kumparan, Senin (22/4).
Akbar menilai, dampak berganda dari kemelut ini mulai dari kenaikan harga BBM yang nantinya akan terasa pada kenaikan biaya dan harga produk ke semua sektor ekonomi domestik.
Kapal kargo asing tengah bongkar muat peti kemas mengangkut komoditas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
Para pengusaha sendiri, kata Akbar, mengantisipasi kemelut ini dengan membidik rute atau jalur alternatif yang lebih aman. Di sisi lain, penguatan jalur domestik juga diperlukan.
ADVERTISEMENT
"Antisipasinya penguatan jalur domestik sehingga ekonomi nasional bisa lebih tumbuh dengan kepastian layanan logistik nasional. Harapannya pemerintah lebih konkret dan realistis dalam mengeluarkan regulasi yang berdampak nilai tambah bagi perekonomian nasional," tuturnya.
Selain itu, dia menilai perlunya kepastian hukum bagi pelaku usaha nasional untuk menggenjot perdagangan dan industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan atas importasi.
"Artinya percepatan dan penguatan kemandirian nasional baik dari sisi komoditas-komoditas penting baik dari sumber energi baru terbarukan dan komoditas pangan yang berasal dalam negeri," jelas Akbar.
Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perhubungan, Carmelita Hartoto, Rabu (12/9/2018). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, menilai sejauh ini belum terlihat pengaruh langsung konflik Iran-Israel kepada logistik dalam negeri.
Meski demikian, kata dia, konflik Iran-Israel akan semakin memanaskan kondisi di Timur Tengah, sehingga pengusaha akan mengantisipasi dampaknya kepada sektor transportasi laut.
ADVERTISEMENT
"Dampak yang memang terasa dan perlu diantisipasi terkait kelancaran pengiriman impor minyak mentah dari Saudi melalui Selat Hormuz yang mana selat ini menghubungkan Timur Tengah dan dunia," ungkap Carmelita.
Dia menjelaskan, terganggunya pasokan minyak akan berdampak pada peningkatan harga minyak, karena minyak mentah Indonesia diimpor dari Nigeria dan Saudi Arabia.
Sementara bagi sektor pelayaran, lanjut dia, hal ini akan menambah biaya operasional karena kemungkinan kenaikan harga BBM. Dia berharap pemerintah memikirkan alternatif lain untuk kebutuhan impor minyak mentahnya.
Carmelita menambahkan, pelayaran global juga sempat harus melayari rute Afrika Selatan untuk menuju Eropa, akibat konflik di Laut Merah.
"Sejalan dengan itu, biaya asuransi kapal juga berpotensi naik karena risiko kapal yang lebih tinggi saat berlayar dalam situasi konflik seperti sekarang ini," pungkasnya.
ADVERTISEMENT