Pengusaha Mebel Curhat ke DPR Sulit Dapat Bahan Baku, Bisnis 'Diserobot' IKEA

24 Januari 2022 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pekerja sedang memotong kayu di Industri Mebel Jatinegara Kaum, Jakarta TImur, Rabu (27/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pekerja sedang memotong kayu di Industri Mebel Jatinegara Kaum, Jakarta TImur, Rabu (27/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para pengusaha di industri mebel dan kerajinan Indonesia mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan baku saat ini. Tak hanya itu, bisnis mereka juga terancam dengan masuknya industri mebel besar, seperti IKEA.
ADVERTISEMENT
Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur mengatakan bahwa salah satu masalah utama dari industri mebel dan kerajinan di Indonesia adalah terbatasnya suplai bahan baku.
"Di industri mebel dan kerajinan itu kita punya hutan terluas tapi ada masalah di bahan baku. Bahan baku memang menjadi krusial, terutama rotan. Bahan baku rotan semakin susah. Dari data kami, permintaan pasar cukup tinggi tapi bahan bakunya sulit,” ujar Abdul saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (24/1).
Selain rotan, Abdul juga mengatakan bahan baku kayu saat ini juga mulai menipis. Kendati pasokannya masih ada dibandingkan dengan kelangkaan yang terjadi pada bahan baku rotan.
Untuk itu, Abdul mengatakan bila ingin industri mebel di Indonesia bisa menjadi nomor satu di ASEAN, hal pertama yang harus diatasi pemerintah adalah menjamin ketersediaan suplai bahan baku.
ADVERTISEMENT
“Kedua, adalah teknologi tepat guna. Negara bisa subsidi sejumlah teknologi yang bisa digunakan untuk mengembangkan industri mebel,” lanjutnya.
President Director PT Hero Supermarket Tbk, Patrik Lindvall dan Country Marketing Manager IKEA Indonesia, Dyah Fitrisally. Foto: dok. IKEA
Dia juga menyebut impor mebel terus meningkat. Tak hanya itu, ia pun mengkhawatirkan industri mebel besar asal Swedia, yakni IKEA, yang akan membuka lebih banyak gerainya di dalam negeri.
“Walaupun value-nya masih di angka hampir 40 persen tapi pertumbuhannya tinggi sekali. Ini yang kami khawatirkan, bagaimana laju produksinya impor mebel ini bisa dikurangi. Karena ada IKEA, yang mau dibuka kalau tidak salah 15 gerai, dan ada 47 brand-brand yang masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi VI DPR RI, Jon Erizal mengatakan industri di Indonesia ini terlalu fokus pada penguatan ekspor, sementara pasar dalam negeri terus diserobot oleh asing. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk asosiasi-asosiasi pengusaha agar fokus dahulu untuk memperkuat pasar di dalam negeri, baru berbicara soal ekspor.
ADVERTISEMENT
“Saran saya asosiasi ini bisa buat sesuatu yang bisa bersaing di dalam negeri saja dulu, tadi misalnya kita keluhkan IKEA, kenapa asosiasi tidak buat seperti IKEA, pakai teknologi mutakhir, SDM nya digenjot, sekarang kita salahkan IKEA. Harganya memang lebih murah dengan kualitas yang bagus. Bisa gak kita buat seperti itu,” ujar politisi PAN tersebut.
Adapun rapat dengar pendapat Komisi VI DPR RI kali ini dilaksanakan untuk mendengar permasalahan dan masukan dari berbagai pelaku usaha di berbagai sektor, mulai dari industri makanan dan minuman, mebel, sampai kosmetik.