Pengusaha Minta BI Jaga Stabilitas Rupiah Imbas Konflik Iran-Israel

14 April 2024 18:58 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani menjadi pembicara dalam acara IKF 2023 di Pacific Place, Jakarta, Rabu (11/10/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani menjadi pembicara dalam acara IKF 2023 di Pacific Place, Jakarta, Rabu (11/10/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah ekonom memproyeksi rupiah akan ambruk hingga ke level Rp 17.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Hal itu indah ketegangan yang terjadi antara Iran dan Israel.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.117 per dolar AS hari ini, Minggu (14/4). Meskipun berdasarkan data Bloomberg dan juga Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 5 April 2024 menguat ke angka Rp 15.848. Angka ini naik 44,5 poin atau 0,28 persen.
Merespons hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menyebut kelemahan nilai tukar rupiah dapat memicu dampak yang sistemik terhadap iklim usaha hingga investasi di Indonesia.
Tak hanya itu, ambruknya rupiah akibat kondisi geopolitik yang memanas juga ditakutkan bisa memicu kenaikan inflasi biaya usaha serta inflasi harga pasar.
"Kami khawatir pasca periode liburan ini, pasar akan shock dan bisa terjadi capital flight yang besar juga dari pasar saham. Sehingga mengganggu keseimbangan current account dan semakin memperparah pelemahan nilai tukar," kata Shinta kepada kumparan, Minggu (14/4).
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Shinta meminta pemerintah segera menyiapkan sejumlah kebijakan guna mengurangi dampak perang Iran-Israel. Bahkan, ia meminta Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Kami sangat berharap kondisi pelemahan nilai tukar ini bisa segera dikendalikan dan pemerintah khususnya BI, Kemenkeu, OJK dapat menciptakan intervensi yang diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar," ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, serangan tersebut memicu keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik. Rupiah bahkan diprediksi akan melemah ke Rp 17.000 per dolar AS jika ketegangan tersebut terus berlangsung.
"Alhasil, investor akan mencari aset yang aman baik emas dan dolar AS, sehingga rupiah bisa saja melemah hingga Rp 17.000 per dolar," kata Bhima kepada kumparan, Minggu (14/4).
ADVERTISEMENT
Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, ketegangan antara Iran dan Israel bakal mempengaruhi nilai tukar mata uang di Indonesia. Sebab, investor akan mencari aset yang lebih aman.
"Tingkat volatilitas rupiah itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu dan kondisi depresiasi yang dialami oleh nilai tukar Rupiah berpeluang akan terjadi lebih lama," ungkapnya.
Rendy mengatakan, BI akan lebih aktif di pasar valas untuk melakukan melakukan intervensi nilai tukar rupiah. "Jika itu tidak dilakukan maka saya khawatir depresiasi akan terjadi lebih dalam lagi dibandingkan kondisi saat ini," katanya.
"Dalam kasus konflik langsung antara Iran dan Israel, situasinya bisa eskalasi lebih jauh, menyebabkan perang yang lebih luas di Timur Tengah dan berpotensi menjatuhkan ekonomi global ke dalam resesi," pungkas Yusuf.
ADVERTISEMENT