Pengusaha Pariwisata Dukung Libur Panjang Akhir Tahun Dikurangi

24 November 2020 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah kendaraan memadati ruas jalan Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (27/10). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah kendaraan memadati ruas jalan Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (27/10). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Pengusaha pariwisata mendukung rencana kebijakan pemerintah mengurangi libur panjang akhir tahun karena kasus pandemi virus corona yang semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Sudrajat, mengatakan meningkatnya kasus pandemi malah membuat bisnis semakin buruk.
"Ya prinsipnya kami tetap mendukung (pengurangan cuti akhir tahun). Karena kalau wabah ini makin meningkat juga implikasi ke bisnis kita," ungkapnya kepada kumparan, Selasa (24/11).
Sudrajat mengungkapkan, keterisian restoran saat ini masih di bawah 50 persen karena kebanyakan orang-orang di rumah saja. Bahkan ia juga tak menampik kalau orang-orang masih takut berkunjung ke mal.
"Karena sekarang orang banyak masak sendiri atau WA tetangga ada switching meskipun di mal dibuka orang masih takut," ujarnya.
Menurut dia, kebijakan pemerintah mengurangi cuti bersama akhir tahun cukup tepat, berkaca dari pengalaman sebelumnya saat liburan panjang kasus COVID-19 malah semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
"Belajar dari pengalaman libur panjang meningkat itu kan sudah terlihat. Jaga jarak akan mempengaruhi (penurunan kasus)," jelasnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan libur panjang saat pandemi justru tidak memberikan perbaikan kepada indikator ekonomi atau tidak terjadi konsumsi. Pada sisi lain, libur panjang justru menambah jumlah kasus COVID-19.
"Berarti ini harus hati-hati melihatnya, apakah dengan adanya libur panjang, masyarakat melakukan aktivitas, mobilitasnya tinggi namun tidak menimbulkan belanja dan menimbulkan tambahan kasus COVID," kata Sri Mulyani ketika memaparkan APBN Kita edisi November 2020, Senin (23/11).
Macet jelang libur panjang di ruas Tol Dalam Kota, Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Wahyu Putro A/Antara Foto
Menurut Sri Mulyani, pada kuartal IV-2020, jumlah hari kerja memang lebih sedikit dibandingkan periode sama tahun lalu. Pada Oktober tahun lalu, lanjut dia, jumlah hari kerja mencapai 23 hari. Sedangkan tahun ini 19 hari kerja, karena adanya libur panjang.
ADVERTISEMENT
Namun, konsumsi listrik di sektor bisnis dan manufaktur menurun, sehingga dampaknya ke sektor produksi juga menurun dan sektor konsumsi ternyata tidak terjadi kenaikan. Di sisi lain, aktivitas ekonomi pada Oktober 2020 melemah kembali karena kasus COVID kembali naik.
"Ini harus dilihat terus untuk memberikan keseluruhan aspek, seperti membuat policy tidak cuma melihat pada satu sisi, harus melihat semua sisi, aspek kesehatan, ekonomi, kegiatan usaha dan lain," imbuhnya.