Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Pengusaha Pertashop Curhat, di Ambang Bangkrut Gara-gara Marak Pertamini
10 Juli 2023 14:07 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pengusaha Pertamina Shop (Pertashop ) berada di ambang kebangkrutan imbas maraknya pengecer dan Pertamini yang menjual Pertalite dan Solar. Pertashop yang hanya bisa menjual produk nonsubsidi terancam karena disparitas harga.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY, Gunadi Broto Sudarmo, menjelaskan akibat konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, harga BBM nonsubsidi terus melonjak, berbeda dengan harga Pertalite dipatok Rp 10 ribu per liter dan Solar Rp 6.800 per liter.
"Akhirnya terjadi disparitas harga antara Pertamax dan Pertalite. Karena di Pertashop hanya jual produk Pertamax dan juga Dexlite," ujarnya saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Senin (10/7).
Disparitas harga tersebut, lanjut dia, dimanfaatkan oleh kelompok pengecer dan Pertamini tidak resmi yang menjual BBM subsidi. Padahal, BBM subsidi hanya bisa didistribusikan oleh badan usaha yang mendapatkan izin pemerintah.
Gunadi menjelaskan, dengan penjualan BBM subsidi yang lebih murah dan laku di masyarakat, Pertamini mendapatkan untung jauh lebih besar dari Pertashop. Dia menyebutkan, rata-rata keuntungan pengecer ilegal bisa mencapai Rp 2.000-2.500 per liter, sementara Pertashop hanya Rp 850 per liter.
"Pengecer tidak punya kewajiban seperti layaknya Pertashop lembaga penyalur legal sementara Pertashop marginnya cuma Rp 850 per liter, dapat untungnya lebih kecil tapi semua kewajiban resmi seperti pajak, dan pungutan legal lainnya tetap menjadi kewajiban kami," tutur dia.
ADVERTISEMENT
Hal ini menyebabkan penjualan Pertashop semakin tergerus. Gunadi memaparkan, pada rentang Januari-Maret 2022, rata-rata penjualan Pertashop 34 ribu liter per bulan dengan harga Pertamax Rp 9 ribu per liter. Namun pada Mei 2023, dengan harga Pertamax Rp 13.000 per liter, rata-rata penjualan hanya 14 ribu liter per bulan.
"Omzet kami menurun drastis hingga 90 persen. Usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan, justru merugi. Dari 448 Pertashop, itu ada 201 yang rugi, Pertashop tutup merasa terancam, untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk angsuran bulannya ke bank yang bersangkutan," ungkap Gunadi.
Wakil Ketua Komisi VII DPR Dony Maryadi Oekon menyebutkan keberadaan Pertamini dan para pengecer ilegal seharusnya diberantas sejak awal. Sebab, Pertashop merupakan program pemerintah dengan keuntungan yang sudah dipatok.
ADVERTISEMENT
"Sementara ini (Pertamini) seenaknya aja marginnya tidak dasar tidak ada hitungan. Kita saat itu sampaikan ke pemerintah bahwa hati-hati BPH Migas bertugas menertibkan ini Pertamini dan eceran. Karena ini dikatakan ilegal iya tapi kok diaminin," tegasnya.
Dengan begitu, Dony meminta pemerintah melalui BPH Migas untuk segera menertibkan para pengecer ilegal ini agar Pertashop tidak semakin terpuruk karena disparitas harga BBM subsidi dan nonsubsidi.
"Kalau Pertamini dan pengecer ada, Pertashop tidak akan jalan. Dia yang mengambil untung besar, ini yang menjalankan program pemerintah dikasih margin kecil kalang kabut akhirnya. Ini jelas harus diberesin dulu," pungkasnya.