Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Pengusaha Sambut Rencana Evaluasi Harga Batu Bara Acuan
8 Januari 2023 14:26 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
HBA diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menjelaskan, para pengusaha telah mengeluhkan ketidakseimbangan antara indeks yang mewakilkan harga batu bara Australia, NEX dan GCNC, yang terlampau tinggi dibandingkan indeks harga batu bara Indonesia yaitu ICI dan Platt's.
"Kejadian sudah sejak Oktober 2021, sudah berkepanjangan lebih dari 1 tahun, indeks-indeks batu bara Australia dan indeks batu bara Indonesia tidak sejalan lagi, karena ada perubahan pasar yang membuat itu terjadi," jelasnya kepada kumparan, Minggu (8/1).
ADVERTISEMENT
Hendra melanjutkan, sebelumnya perbedaan harga seluruh indeks tidak terlampau jauh. Namun, jarak semakin jomplang yang berdampak kepada beban pembayaran royalti atau pajak ekspor pengusaha semakin berat.
Dia menuturkan, pembayaran royalti batu bara ditentukan oleh HBA atau Harga Patokan Batu bara (HPB). Jika HBA lebih tinggi, maka itu yang menentukan besaran royalti, begitupun sebaliknya. Namun sejak Oktober 2021, HBA selalu tinggi karena terkerek dua indeks batu bara Australia yang jauh lebih mahal.
Kebanyakan pembeli batu bara asal Indonesia mengacu kepada indeks ICI. Dengan demikian, terjadi disparitas atau jurang yang sangat jauh antara pendapatan dengan kewajiban pembayaran royalti pengusaha.
"Perusahaan terbebani dengan membayar kewajiban pajak yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga jual. Oleh karena itu kita apresiasi, karena dimungkinkan dalam peraturan pemerintah melakukan evaluasi HBA setiap 6 bulan sekali," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Hendra sangat berharap pemerintah segera merevisi formula HBA dalam waktu dekat. Dia menegaskan, pengusaha tidak meminta pengurangan royalti batu bara, namun perubahan formula dimaksudkan supaya pembayaran royalti mencerminkan harga jual batu bara dengan adil.
"Jadi di tengah kenaikan harga komoditas ini kita tidak bisa memaksimalkan. Kita minta dievaluasi dan ini kan tidak merugikan negara juga, karena kita tidak minta royalti diubah, oke lah meskipun berat," tegas dia.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memastikan pihaknya akan mengevaluasi formula HBA, lantaran beberapa indeks pembentuk HBA saat ini sedang tidak seimbang.
"HBA kita lagi evaluasi, kenapa? Indeks ini naik dan kemudian pada saat yang itu naik ini turun, nah HBA kita kan di tengah-tengah sebetulnya," ujarnya saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (6/1).
ADVERTISEMENT
Adapun HBA Januari 2023 naik menjadi USD 305,21 per ton, dari sebelumnya USD 281,48 per ton pada Desember 2022 lalu. Kenaikan tersebut salah satunya dipicu gangguan distribusi batu bara di Australia sebagai salah satu pemasok batu bara global.
Di samping itu, faktor lain yang mengerek kenaikan HBA adalah kenaikan index bulanan Globalcoal Newcastle Index (GCNC) sebesar 16,23 persen dan Newcastle Export Index (NEX) sebesar 17,88 persen.
Meskipun index Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) yang menjadi gambaran harga batu bara di dalam negeri turun sebesar masing-masing 8,81 persen dan 3,25 persen.