news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Pengusaha Ungkap Penyebab Masih Maraknya PHK di RI

13 Maret 2025 9:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani di kantor Apindo.  Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani di kantor Apindo. Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan
ADVERTISEMENT
Ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih menghantui. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, menyebut melemahnya nilai tukar rupiah dan naiknya harga bahan baku turut mendorong terjadinya badai PHK di sektor industri padat karya dan manufaktur di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
"Jadi ini ada kenaikan cost dari segi bahan baku. Selain itu, memang kita kan logistic cost kita, labour cost kita, energy cost kita, suku bunga kita, ini kan semuanya tinggi. Jadi jelas mempengaruhi," ungkap Shinta wartawan usai Dialog Sosial di Jakarta, Rabu (12/3).
Shinta mengungkapkan di tengah kondisi tersebut juga terjadi penurunan demand ekspor RI. Menurutnya, faktor lainnya yang ikut mempengaruhi PHK massal perusahaan adalah dukungan masyarakat kelas menengah dan daya beli yang semakin tergerus.
"Ini kita juga selalu melihat bahwa yang PHK ini sektor mana. Saya selalu mengatakan kita jangan generalisasi, karena sektor manufaktur itu juga macam-macam," ujar Shinta.
Sebenarnya, industri manufaktur RI terlihat ekspansif dalam menapaki awal 2025. Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada Februari 2025 berada di level 53,6 atau naik hingga 1,7 poin dari capaian bulan Januari di angka 51,9.
ADVERTISEMENT
"TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) elektronik, sepatu ada sedikit, kemudian elektronik, furniture itu juga terkena. Itu sangat bagus sebenarnya, positif kenaikan. Tapi memang ini juga kita mesti lihat industri manufakturnya seperti apa, ada yang seperti padat karya ini yang jadi masalah," ungkap Shinta.
Meski PMI di Februari naik dan di saat yang bersamaan terjadi PHK massal, Shinta memastikan masih ada industri yang membuka lapangan kerja, yakni industri otomotif di Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) seperti perusahaan BYD.
"Oh iya dong, kalau kita lihat seperti BYD, dia kan ini bawa buka lapangan pekerjaan baru. Jadi kita kan sudah dengar, jadi memang ada investasi-investasi baru yang masuk memang menciptakan lapangan pekerjaan," tutur Shinta
ADVERTISEMENT
Shinta menegaskan komitmen para pengusaha dalam menciptakan 3 juta lapangan kerja baru di Tanah Air.
"Kekhawatiran kami sekarang adalah perpindahan ke informal sektor kita yang tinggi. Jadi dari formal ke informal," ujar Shinta.
Apabila pekerja semakin banyak yang terkena PHK, maka mereka bisa saja berkutat di sektor informal. Saat ini saja, menurut Shinta, sudah lebih dari 60 persen pekerja beralih ke sektor informal.
"Nah ini yang kita harus hati-hati. Makanya kuncinya ini gimana kita bisa terus-terus menciptakan lapangan pekerjaan. Gimana caranya investasi ini masuk, menciptakan iklim investasi yang kondusif," terang Shinta.