Penjualan McD, Pizza Hut, dan Starbucks Kompak Turun di Kuartal I 2024

3 Mei 2024 10:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
McDonalds di Israel. Foto: Boris-B/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
McDonalds di Israel. Foto: Boris-B/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yum Brands, perusahaan induk Pizza Hut, KFC, dan Taco Bell mengumumkan penjualan yang merosot pada kuartal I 2024. Hal yang sama juga terjadi pada McDonald's atau McD dan Starbucks.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari CNBC, Yum Brands melaporkan penjualan bersih turun 3 persen menjadi USD 1,6 miliar atau sekitar Rp 25,7 triliun. Penjualan global juga turun 3 persen pada kuartal tersebut, meleset dari perkiraan StreetAccount pertumbuhan penjualan sebesar 0,2 persen.
Sementara laba bersih perusahaan di kuartal I 2024 mencapai USD 314 juta, naik dari USD 300 juta pada tahun sebelumnya.
Dari tiga merek terbesar Yum, hanya Taco Bell yang melaporkan pertumbuhan penjualan di toko yang sama. Taco Bell di AS melaporkan pertumbuhan penjualan toko yang sama sebesar 2 persen, sementara bisnis internasionalnya mencatat penurunan sebesar 2 persen.
Penjualan di toko yang sama KFC turun 2 persen pada kuartal I 2024. Penurunan terbesar terjadi di AS yakni menyusut sebesar 7 persen. Namun, bisnis internasional hanya mengalami penurunan 2 persen berkat pertumbuhan di China, pasar terbesarnya. Setahun yang lalu, penjualan kuartalan KFC di toko yang sama naik 9 persen.
Gedung Pizza Hut di Giza, Mesir. Foto: StreetVJ/Shutterstock
Pizza Hut melaporkan penjualan di toko yang sama turun 7 persen. Restoran jaringan pizza di AS melaporkan penurunan sebesar 6 persen, sementara bisnis internasionalnya mencatat penurunan sebesar 8 persen. Berbeda dengan periode tahun lalu, Pizza Hut melaporkan pertumbuhan penjualan di toko yang sama sebesar 7 persen.
ADVERTISEMENT
CEO Yum David Gibbs mengatakan secara umum, bisnis internasional Yum Brands mengalami kesulitan. Perusahaan tersebut menyalahkan sebagian besar alasannya karena boikot terkait perang Israel-Palestina.
“Selama kuartal ini, penjualan topline dipengaruhi oleh konflik di kawasan Timur Tengah dengan tingkat dampak yang berbeda-beda di seluruh pasar di Timur Tengah, Malaysia, dan Indonesia. Ini menunjukkan hambatan sebesar satu digit terhadap pertumbuhan penjualan Yum secara keseluruhan,” katanya kepada analis.

McD

Sementara itu, McDonald's juga melaporkan kinerja kuartal I 2024 yang dibebani oleh aksi boikot yang merugikan penjualannya di Timur Tengah. Perusahaan juga terus melihat konsumen di seluruh dunia terus menurun.
“Konsumen semakin melakukan diskriminasi terhadap setiap dolar yang mereka belanjakan karena mereka menghadapi kenaikan harga dalam pengeluaran sehari-hari, yang memberikan tekanan pada industri (restoran cepat saji),” kata CEO McDonald's Chris Kempczinski.
ADVERTISEMENT
McDonald’s melaporkan laba bersih kuartal I 2024 sebesar USD 1,93 miliar naik dari USD 1,8 miliar di periode tahun sebelumnya. Perusahaan mencatat biaya sebelum pajak sebesar USD 35 juta terkait dengan reorganisasinya yang diumumkan lebih dari setahun yang lalu.
Penjualan bersih perusahaan naik 5 persen menjadi USD 6,17 miliar. Penjualan global di toko yang sama meningkat 1,9 persen pada kuartal tersebut, jauh di bawah perkiraan StreetAccount sebesar 2,1 persen.
McDonald's melaporkan pertumbuhan penjualan toko yang sama di AS sebesar 2,5 persen, meleset dari ekspektasi sebesar 2,6 persen.

Starbucks

Ilustrasi logo Starbucks. Foto: ArtMediaWorx/Shutterstock
Starbucks mencatat penjualan di toko yang sama turun 4 persen karena lalu lintas ke kafenya menurun 6 persen pada kuartal tersebut. Wall Street mengantisipasi pertumbuhan penjualan toko yang sama sebesar 1 persen, menurut perkiraan StreetAccount.
ADVERTISEMENT
Di AS, penjualan di toko yang sama turun 3 persen karena lalu lintas turun 7 persen. Pada kuartal terakhir, para eksekutif menyalahkan lesunya penjualan akibat boikot yang menargetkan perusahaan tersebut.
Segmen internasional Starbucks melaporkan penurunan penjualan di toko yang sama sebesar 6 persen. Di China, pasar Starbucks terbesar kedua, penjualan di toko yang sama anjlok 11 persen, dipicu oleh penurunan rata-rata tiket sebesar 8 persen.
Waralaba kopi raksasa ini melaporkan laba bersih fiskal kuartal yang dapat diatribusikan kepada perusahaan sebesar USD 772,4 juta turun dari USD 908,3 juta pada tahun sebelumnya. Penjualan bersih turun hampir 2 persen menjadi USD 8,56 miliar.