Penurunan Kelas Menengah dan Deflasi Dinilai Bisa Pengaruhi Industri Keuangan

7 September 2024 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang menata bawang merah di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang menata bawang merah di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/9/2022). Foto: Asprilla Dwi Adha/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Penurunan kelas menengah dan deflasi yang terjadi dalam empat bulan berturut-turut disebut OJK tidak memiliki dampak signifikan terhadap industri jasa keuangan.
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menyebut walau saat ini industri keuangan saat ini belum terdampak, potensi dampak masih ada untuk jangka waktu menengah dan panjang.
“Memang kalau kita lihat dalam jangka pendek deflasi dan juga penurunan kelas menengah belum begitu berdampak terhadap industri keuangan. Namun, kalau kita bicara konteks yang ke menengah hingga panjang penurunan kelas menengah dan juga Pelemahan daya beli pada muaranya juga akan ikut memberikan dampak pada industri keuangan,” kata Yusuf pada kumparan,” Sabtu (7/9).
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyebut terjadinya deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah itu dilihat dari angka-angka yang ada dalam sektor jasa keuangan nampaknya belum berdampak pada industri keuangan.
ADVERTISEMENT
"Kita simpulkan bahwa terjadinya deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah itu dilihat dari angka-angka yang ada dalam sektor jasa keuangan nampaknya belum memperlihatkan atau tidak memperlihatkan dampak yang signifikan ini," ungkap Mahendra dalam konferensi pers hasil rapat RDK OJK Bulanan Agustus 2024, Jumat (6/9).
Yusuf melihat terjadinya deflasi dan penurunan kelas menengah merupakan cerminan dari menurunnya daya beli masyarakat. Tentu, hal ini memiliki dampak terhadap perekonomian.
“Karena ketika deflasi ataupun penurunan kelas menengah ini merupakan gambaran terhadap melemahnya daya beli maka hal ini akan memberikan dampak terhadap perekonomian secara umum,” lanjut Yusuf.
Situasi ini dinilai memiliki potensi dampak terhadap beberapa produk industri keuangan seperti kredit perbankan.
“Sudah tentu itu juga akan memberikan efek ke berbagai industri termasuk di dalamnya industri jasa keuangan, permintaan terhadap produk keuangan seperti kredit perbankan itu akan mengalami perlambatan dan di satu bersamaan misalnya meningkatnya klaim atas asuransi tertentu misalnya juga akan ikut memberikan pengaruh terhadap cash flow ataupun kinerja dari industri asuransi,” terang Yusuf lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Yusuf menyebut, menurunnya kelas menengah dan deflasi akan tetap memberikan dampak terhadap industri keuangan.
“Jadi pada dasarnya ketika kelas menengah dan deflasi ini terjadi secara lebih panjang dan memberikan gambaran terhadap perlambatan ekonomi maka hal tersebut tetap akan memberikan dampak terhadap industri jasa keuangan,” pungkasnya.
Ilustrasi generasi zillenial bekerja di kantor. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan indeks harga konsumen (IHK) di Juli 2024 menunjukkan deflasi sebesar 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). melanjutkan tren deflasi yang telah terjadi selama tiga bulan sebelumnya.
BPS juga mengungkapkan jika jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia terus menurun dalam lima tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19.
Jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 57,33 juta orang atau setara 21,45 persen dari total penduduk pada 2019.
ADVERTISEMENT