Penyebab Pendapatan Petani RI hanya Rp 5 Juta/Tahun, padahal Harga Beras Mahal

22 September 2024 20:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani Suparlan mengangkat padi apung yang telah di panen. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petani Suparlan mengangkat padi apung yang telah di panen. Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Petani di Indonesia dipandang belum mencapai kesejahteraan saat ini lantaran rata-rata pendapatan USD 1 per hari atau USD 341 per tahun berdasarkan Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) Badan Pusat Statistik (BPS).
ADVERTISEMENT
Jika dikonversikan ke rupiah, pendapatan petani di Indonesia hanya mencapai Rp 5,16 juta per tahunnya (dengan kurs Rp 15.160 per dolar AS). Angka ini jauh di bawah rata-rata UMP (Upah Minimum Provinsi) di RI pada 2024 yang sebesar Rp 37,36 juta per tahun atau Rp 3,11 juta per bulan. Rendahnya pendapatan petani ini bahkan menjadi perhatian Bank Dunia.
Pengamat pertanian Syaiful Bahari membenarkan kecilnya pendapatan petani di Tanah Air saat ini. Besarnya biaya produksi padi jadi penyebab.
“Terkait petani Indonesia belum sejahtera, semua itu dikarenakan biaya produksi beras di Indonesia semakin mahal, karena kenaikan input produksi setiap tahunnya,” kata Syaiful kepada kumparan, Minggu (22/9).
Petani mengangkut gabah hasil panen di Samahani, Aceh Besar, Aceh. Foto: Irwansyah Putra/ANTARA FOTO
Meski saat ini harga gabah di tingkat petani tengah naik, tapi dengan tingginya biaya produksi, menurut Syaiful hal ini tidak otomatis meningkatkan pendapatan petani. "Bahkan yang terjadi sering merugi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laman BPS, harga gabah di tingkat petani pada Agustus 2024 mengalami kenaikan, untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 2,04 persen jadi Rp 6.723 per kg dan Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 1,58 persen jadi Rp 6.230 per kg.
Kenaikan harga gabah juga diikuti oleh harga beras. Bahkan harga beras Indonesia 20 persen lebih tinggi daripada harga beras di pasar global.
World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste, Carolyn Turk di acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Sebelumnya, Country Director Bank Indonesia untuk Indonesia and Timor-Leste, Carolyn Turk, menyinggung soal rendahnya pendapatan petani Indonesia.
“Menurut Survei Pertanian Terintegrasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari USD 1 per hari atau USD 341 per tahun. Jadi, petani mendapat keuntungan rendah dari pertanian padi,” tutur Carolyn dalam sambutannya di acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT