Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Penyebab Penjualan Rumah Tipe Kecil dan Menengah RI Anjlok di Kuartal IV 2024
15 Februari 2025 18:00 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Ahli Permukiman dan Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Jehansyah Siregar menyebut penurunan daya beli menjadi salah satu penyebab penjualan rumah tipe kecil dan menengah anjlok pada kuartal IV 2024.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, Bank Indonesia (BI) merilis data penurunan penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing tercatat kontraksi 23,70 persen (yoy) dan 16,6 persen (yoy). Sementara penjualan rumah tipe besar tumbuh 20,44 persen (yoy) pada kuartal IV 2024.
"Jadi yang pendapatannya menengah bawah, yang tadinya diperkirakan mampu KPR, ternyata lebih memilih kebutuhan yang lain," kata Jehansyah ketika dihubungi kumparan, Sabtu (15/2).
Kelompok masyarakat menengah menurun tingkat ekonominya. Penurunan pendapatan akan melemahkan dari sisi demand (permintaan).
"Nah ini saya enggak tahu lebih jauhnya apa karena PHK. Dari sisi demand-nya, pasti karena berkurang pembeli, dari sisi supply, bisa jadi juga ada faktor itu," imbuhnya.
Faktor lain yang penyebab menurunnya penjualan rumah tipe kecil dan menengah karena kebanyakan developer swasta yang memproduksi rumah subsidi hanya ingin menggarap di kawasan Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
"Selebihnya itu sedikit [peminat] lah, selain Jabodetabek itu. Di Surabaya, Bandung, sekitar Medan [dikit]," kata Jehansyah.
Dia bilang masalah utamanya adalah pemerintah tidak memberikan satu arahan yang lebih menjanjikan bahwa developer mendapat jaminan pembeli.
"Karena kalau developer bangun rumah subsidi di daerah yang di luar Jabodetabek aja misalnya, itu kemungkinan nggak ada yang mau KPR ya tinggi sekali," tukas dia.
Pengamat Properti sekaligus Director Head of Research JJL Indonesia Muhammad Yunus Karim menilai, insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) 100 persen untuk pembelian rumah sudah mendorong penjualan rumah tapak di kuartal IV 2024.
Akan tetapi, menurut Yunus, faktor terbesar yang menghambat pengembangan dan penjualan rumah kecil dan menengah yaitu kenaikan harga bangunan.
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga bangunan berdampak pada proses pengambilan keputusan pembeli yang menjadi lebih lama.
"Dengan adanya perpanjangan kebijakan insentif PPN pada tahun 2025, kami berharap momentum dapat tetap terjaga, sehingga pasar perumahan tapak tetap aktif dan sehat," kata Yunus Karim kepada kumparan, Sabtu (15/2).
Selain itu, Yunus menerangkan, kebijakan insentif PPN cukup efektif dalam mendorong penjualan rumah tapak. Namun, kemudahan cara pembayaran juga salah satu faktor yang turut dipertimbangkan oleh pembeli.
Di sisi lain, Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda menyebutkan, ada pula faktor masyarakat yang wait and see untuk membeli rumah kecil dan menengah karena terdapat program 3 juta rumah yang dijanjikan Prabowo Subianto.
"Ada faktor masyarakat wait and see untuk membeli rumah karena ada program 3 juta rumah yang dijanjikan oleh Prabowo dan jajarannya," jelas Huda kepada kumparan, Sabtu (15/2).
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kata Huda banyak dari masyarakat yang menahan untuk tak membeli rumah, terutama untuk rumah tipe kecil dan menengah.
"Program ini sampai sekarang belum jelas petunjuk teknisnya dan belum nampak hilal pelaksanaannya. Masih simpang siur apakah program ini gratis bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau ada skema cicilan ringan dari pemerintah," tuturnya.