Penyebab Rupiah Kian Tersungkur di Akhir Tahun, Tembus Rp 16.268 per Dolar AS

27 Desember 2024 15:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas menunjukan pecahan Dolar AS dan Rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Kwitang, Jakarta, Senin (9/12/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Mata uang rupiah kembali mengalami pelemahan pada perdagangan Kamis (27/12), atau menjelang akhir tahun. Berdasarkan data Bloomberg pukul 01.10 WIB, rupiah terdepresiasi sebesar 72,50 poin atau 0,45 persen, dan berada di level Rp 16.262 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Bahkan pergerakan nilai tukar rupiah hingga siang ini Jumat (27/12) pukul 13.49 WIB belum menunjukkan penguatan. Masih mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berada di level Rp 16.268 atau melemah 78,50 poin sekitar 0,48 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal.
"Semua orang memprediksi bahwa di akhir tahun itu rupiah kemungkinan besar akan mengalami penguatan, tetapi rupanya sampai saat ini rupiah terus mengalami pelemahan," kata Ibrahim kepada kumparan, Jumat (27/12).
Jerome Powell Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Ia menjabarkan, salah satu faktor eksternal utama adalah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dia memprediksi, The Fed hanya akan menurunkan suku bunga dua kali di tahun depan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, geopolitik di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina turut berperan mempengaruhi peguatan Dolar AS. Ibrahim juga menyoroti perlambatan ekonomi Tiongkok yang berdampak pada kawasan Asia, termasuk Indonesia.
Dari sisi domestik, kebijakan pemerintah terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen dinilai memberikan dampak negatif terhadap daya beli masyarakat. Gonjang-ganjing politik di dalam negeri juga dianggap turut mempengaruhi kepercayaan investor asing.
"Tentang gonjang-ganjing perpolitikan di Indonesia pasca Sekjen PDIP dijadikan sebagai tersangka. Ini pun juga sedikit membuat kegaduhan tersendiri sehingga investor asing pun juga enggan untuk kembali masuk," tegasnya.
Meski Bank Indonesia telah melakukan intervensi di pasar untuk menstabilkan rupiah, hasilnya belum mampu membawa rupiah kembali di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Pemerintah juga terus berupaya menyalurkan stimulus seperti bantuan sosial dan penurunan tarif listrik untuk menopang daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Stabilitas politik di dalam negeri ini sangat dibutuhkan agar investor-investor asing kembali masuk ke pasar dalam negeri. Pemerintahan Prabowo ini baru seumur jagung, artinya stabilitas politik harus segera dicapai," katanya.