Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Penyebab Rupiah Melemah Nyaris Rp 16.000 per Dolar AS Siang Ini
21 November 2024 12:41 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan sejumlah sentimen mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Dari faktor eksternal karena investor di luar negeri khawatir Bank Sentral AS, Federal Reserve, akan kembali menahan suku bunga AS yang akan diumumkan bulan ini untuk periode Desember 2024. Apalagi, kata dia, kemarin salah satu pejabat Fed memaparkan visi dan misi arah kebijakan moneter AS.
"Kemungkinan besar inflasi akan naik signifikan, sehingga tekanan harga akan terus naik dan di situlah Fed akan hentikan suku bunga. Nah ini yang membuat kegaduhan bagi para investor yang buat indeks dolar AS naik," katanya saat dihubungi kumparan, Kamis (21/11).
Di sisi lain investor was-was Trump akan menunjuk Menteri Keuangan dari kalangan pengusaha atau mitra bisnisnya, bukan orang ahli di keuangan.
"Karena sebelumnya Trump juga umumkan Menteri Pertahanan AS bukan dari orang militer, tapi orang media. Ini yang membuat kecewa pasar dan kemungkinan Menkeu AS diumumkan oleh Trump juga bukan dari orang finance," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lainnya, tentang geopolitik di Eropa, perang Ukraina-Rusia usai AS izinkan Presiden Zelensky menggunakan rudal jarak jauh untuk serang Rusia menjadi situasi global tak menentu. Walaupun ada kemungkinan mereka kalah karena tak akan mendapatkan dukungan lagi dari AS setelah Trump diangkat jadi presiden.
"Lalu inflasi di Eropa, ini juga akan mengalami kenaikan signifikan sehingga ada kemungkinan Bank of England enggak turunkan suku bunga sama seperti Fed. Kemungkinan hanya Bank of Japan akan menaikkan. Ini kegaduhan-kegaduhan yang buat dolar AS kuat," jelasnya.
Tak Ada Intervensi Rupiah dari Prabowo
Sementara di dalam negeri, menurut dia, rupiah terus melemah karena hanya Bank Indonesia yang menjaga stabilitas nilai tukar. Sementara pemerintahan Prabowo nihil.
BI fokus jaga rupiah sendirian dengan intervensi di valuta asing dan obligasi. Sementara pemerintah, katanya, tidak gerak cepat karena Prabowo Subianto sedang di luar negeri.
ADVERTISEMENT
"Saat ini rupiah cukup mengerikan karena tidak adanya gerak cepat pemerintah untuk intervensi, hanya BI. Tidak ada keseimbangan strategi bauran ekonomi," jelasnya.
Di sisi lain, pemerintah juga seharusnya sudah turun membagikan bansos, tapi karena bersamaan dengan pilkada, semua bantuan tunai langsung dan bansos dihentikan.
"Ini cukup mengecewakan pasar apalagi PDB kemarin hanya 4,9 persen akibat konsumsi masyarakat menengah turun. Ini yang membuat rupiah melemah, bersamaan dengan tidak adanya presiden di Indonesia sebab keliling ke luar negeri. Walaupun diwakilkan ke wakil presiden, kami melihat pasar condong ke presiden," terangnya.