Penyebab Tupperware Terancam Bangkrut: Sistem Jualan MLM, Tak Dilirik Anak Muda

13 April 2023 13:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tupperware. Foto: Ahmad Nazrol Bin Mohammed/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tupperware. Foto: Ahmad Nazrol Bin Mohammed/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan wadah makanan plastik asal Amerika Serikat (AS) yang juga menguasai pasar Indonesia, Tupperware, terancam bangkrut karena penjualannya terus merosot, terutama setelah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam rilis resminya, Tupperware mengumumkan telah melibatkan penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur permodalan dan likuiditas, dengan mencari pembiayaan tambahan, meninjau ulang portofolio real estate, optimalisasi pemasaran, hingga berpotensi melakukan PHK.
"Perusahaan melakukan segala daya untuk mengurangi dampak peristiwa baru-baru ini, dan kami mengambil tindakan segera untuk mencari pembiayaan tambahan dan mengatasi posisi keuangan kami," kata Presiden dan Kepala Eksekutif Tupperware Brands, Miguel Fernandez, dikutip kumparan Kamis (13/4).

Penjualan Terus Menurun

Berdasarkan laporan keuangan Tupperware sepanjang tahun 2022, penjualan bersih perusahaan turun 18 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi USD 1,30 miliar. Perusahaan pun mencatatkan kerugian operasional sebesar USD 28,4 juta.
Dikutip dari The Guardian, Tupperware sempat mengalami ledakan permintaan selama pandemi COVID-19. Namun, sahamnya malah turun 95 persen dalam 1 tahun terakhir karena berjuang menyamai pesaing yang lebih inovatif mempromosikan produk di TikTok dan Instagram.
ADVERTISEMENT
Analis ritel dan direktur pelaksana GlobalData Retail, Neil Saunders, mengatakan Tupperware mengalami penurunan tajam dari jumlah penjual, penurunan konsumen setelah pandemi, dan dinilai masih belum sepenuhnya terhubung dengan konsumen anak muda.

Strategi Pemasaran MLM Dinilai Lemah

Perusahaan yang didirikan ahli kimia Earl Tupper pada tahun 1946 ini mengandalkan pemasaran langsung ke konsumen. Model bisnis perusahaan sangat bergantung pada pemasaran berjenjang atau dikenal dengan MLM (multi-level marketing).
Ilustrasi Tupperware. Foto: Teacher Photo/Shutterstock
Berdasarkan analisis Seeking Alpha, pendekatan Tupperware melalui MLM adalah model bisnis yang sangat terbatas dalam jangka panjang. Meskipun menghasilkan penjualan yang kuat dan berulang, masih ada kekurangan besar termasuk harga yang terlalu mahal dibandingkan produk pesaing, serta eksposur yang kurang.
Terlebih saat ini, penjualan online atau e-commerce memungkinkan konsumen untuk mengakses lebih banyak produk berkualitas, bahkan dengan harga lebih rendah dengan kenyamanan yang lebih besar. Dengan begitu, industri MLM menghadapi tantangan besar untuk bisa tumbuh.
ADVERTISEMENT
"Bahkan dengan 100 peluncuran produk baru dan peningkatan pemasaran untuk mendapatkan mitra penjualan di pasar negara berkembang, model bisnis MLM adalah salah satu yang tampaknya tidak mampu bersaing di dunia modern dengan rival raksasa seperti Wal-Mart, Costco, dan Amazon," demikian analisis Seeking Alpha, dikutip kumparan Kamis (13/4).