Penyehatan Krakatau Steel Jadi Prioritas Erick Thohir

21 November 2019 14:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erick Thohir konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Erick Thohir konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siang ini Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), Silmy Karim bertemu Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin. Usai pertemuan tersebut, Silmy menegaskan, bahwa Menteri BUMN Erick Thohir dan jajarannya akan memprioritaskan program restrukturisasi KRAS.
ADVERTISEMENT
"Krakatau Steel itu kan menjadi salah satu prioritas Pak Menteri sehingga di sini kita setiap minggu lebih dari sekali melakukan review, follow up atas progres-progres dalam rangka proses penyehatan Krakatau Steel," katanya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis (21/11).
Salah satu yang akan dilakukan yaitu mengenai percepatan restrukturisasi utang Krakatau Steel. Hingga kini ada 4 bank yang tengah melakukan proses restrukturisasi untuk pembayaran utang-utang yang ditanggung oleh KRAS.
"Nah ini kita sudah melihat bahwa sudah semakin dekat penyelesaian tersebut terhadap empat bank," imbuhnya.
Pada sembilan bulan pertama di 2019 ini, Krakatau Steel mencatat rugi sebesar USD 211,912 juta atau sekitar Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.000). Angka itu naik hampir lima kali lipat dibandingkan periode sama tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Pada kuartal III 2018, kerugian Krakatau Steel sebesar USD 37,382 juta atau sekitar Rp 523,34 miliar.
Oleh karena itu, Silmy mengakui telah melakukan diskusi secara intensif kepada Erick Thohir. Selain itu pihaknya juga tengah mengatur regulasi-regulasi yang dinilai perlu diperbaiki untuk bisa menyehatkan Krakatau Steel.
Baja produksi Krakatau Steel. Foto: Dok. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Salah satu regulasi itu mengenai kebutuhan industri baja nasional. Sebab impor baja menjadi salah satu pendorong deficit neraca perdagangan.
"Nah ini kan tidak baik buat perekonomian nasional, sehingga tadi kita mendiskusikan apa-apa yang ada pada yang bisa diperbaiki, kita usulkan untuk menjadi suatu regulasi yang fair untuk semua pihak," lanjutnya.
Selanjutnya, pembicaraan lain yang didiskusikan yaitu terkait kerja sama dengan salah satu perusahaan asal Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
"Kita tahu pak presiden akan ke Korsel, di sini berkaitan dengan kerja sama Posco (Pohang Iron and Steel) ke depan akan seperti apa. Misalnya dalam mewujudkan cluster 10 juta ton di Cilegon di sekitar 2023-2025 kapasitasnya segitu," jelasnya.