Per Oktober, Rupiah dan Harga Minyak Meleset dari Target APBN 2018

15 November 2018 19:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer. (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memaparkan realisasi APBN 2018 hingga posisi bulan Oktober. Dalam catatan Kemenkeu, ada dua realisasi asumsi makroekonomi dalam APBN 2018 yang meleset paling jauh dari target.
ADVERTISEMENT
Pertama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga Oktober 2018 mencapai Rp 14.209 lebih tinggi dari asumsi sebesar Rp 13.400. Kedua, harga minyak mentah Indonesia (ICP) mencapai USD 69 per barel. Sementara di asumsi APBN 2018 ICP dipatok sebesar USD 48 per barel.
"Kurs terdefiasi cukup besar. Masih setara negara lain yang juga bergerak pada USD yang mengalami pengutan. Dalam arti masih dalam range yang cukup baik. Rupiah masih memiliki potensi upsize ke potensi yang lebih kuat.” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (15/11).
Persiapan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas selama kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pertamina )
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas selama kegiatan Annual Meeting IMF-World Bank 2018 di Nusa Dua, Bali. (Foto: Dok. Pertamina )
Sedangkan untuk minyak mentah, Sri Mulyani mengatakan harga saat ini yaitu USD 69 per barel sebenarnya sudah mulai meninggalkan harga tertinggi. Meski demikian harga minyak mentah per Oktober 2018 masih jauh lebih tinggi dari asumsi pada APBN.
ADVERTISEMENT
Adapun laju inflasi hingga akhir Oktober 2018 mencapai 3,2 persen (yoy). Angka inflasi ini masih di bawah target yang sebesar 3,5 persen (yoy). Selain itu, lifting minyak mencapai 774 ribu barel per hari, lebih rendah dari asumsi yang sebesar 800 ribu barel per hari. Sedangkan untuk lifting gas mencapai 1,13 juta barel setara minyak per hari, sementara asumsinya sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi, Sri Mulyani memaparkan per Oktober 2018 mencapai 5,17 persen.
“Pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun diprediksi masih akan konstan 5,17 persen atau dalam range 5,14 hingga 5,21 persen,” tandasnya.