Perajin Tempe Lebih Suka Pakai Kedelai Impor Dibanding Lokal, Ini Sebabnya

20 Januari 2021 20:47 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja memilih kedelai untuk dijadikan tahu di industri rumahan kawasan Duren Tiga, Jakarta, Senin (18/11).  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memilih kedelai untuk dijadikan tahu di industri rumahan kawasan Duren Tiga, Jakarta, Senin (18/11). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Kualitas kedelai lokal Indonesia dinilai tidak kalah dari kedelai impor. Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syaifuddin, mengungkapkan bahwa kedelai lokal dari segi gizi juga lebih baik dibanding kedelai impor.
ADVERTISEMENT
“Kalau bicara kedelai lokal itu sesungguhnya kedelai lokal itu gizinya, proteinnya, kalorinya dan lain-lain lebih bagus dari kedelai impor, lebih harum dan lain-lain,” kata Aip saat rapat dengan Komisi IV DPR, Rabu (20/1).
Aip menuturkan, harga kedelai lokal juga lebih murah. Namun, murahnya harga kedelai lokal karena saat dibeli oleh perajin keadaannya masih kotor. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa perajin lebih memilih kedelai impor.
“Kenapa bisa lebih murah kedelai lokal? Pertama kedelai lokal dari petani yang dijual kepada kami kalau kami beli kotor, di situ di dalam karungnya ada tanah, ada ranting, daun, dan lain-lain,” ungkap Aip.
Kekurangan lainnya, pasokan kedelai lokal tak stabil dan ukurannya tidak terstandarisasi.
ADVERTISEMENT
“Kedua, itu yang namanya biji dari kedelai lokal itu tidak standar, ada yang besar, ada yang kecil. Ketiganya, kedelai lokal itu tidak selalu ada,” tambahnya.
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin (4/1/2021). Foto: Ari Bowo Sucipto/ANTARA FOTO
Padahal, kata Aip, pihaknya harus produksi setiap hari. Sehingga kalau tiba-tiba pasokan kedelai lokal tiba-tiba tidak ada, maka produksi tempe bisa terganggu.
Selain itu, Aip menuturkan alasan lainnya masih memilih memakai kedelai impor karena dari produksi tempe memang lebih menguntungkan.
“Kalau kedelai impor 1 kilo dibikin tempe itu menjadi 1,8 kilo tempe, minimal 1,6 sampai 1,8 kilo. Tapi kalau kedelai lokal dibikin itu hanya 1,4 atau 1,5 kilo. Jadi mengembangnya berbeda. Jadi buat kami lebih menguntungkan kedelai impor,” tutur Aip.