Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Perang Baru E-commerce di China, Bakar Duit Demi Layanan Ritel Instan
13 Mei 2025 18:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Persaingan raksasa e-commerce di China, Alibaba, JD.Com, dan Meituan semakin sengit. Mereka sama-sama adu cepat dalam pengiriman barang ritel ke pembeli secara online bernama ritel instan.
ADVERTISEMENT
Layanan ritel instan berfokus pada pengiriman baru selama 60 menit bahkan 30 menit ketika pembeli selesai melakukan pembayaran. Perang layanan ini jadi perhatian investor karena besarnya uang yang dibakar di tengah melambatnya konsumsi di China karena kekhawatiran terhadap pekerjaan, upah, dan krisis berkepanjangan di sektor properti.
Aplikasi JD Takeaway milik JD.com dan Ele.me milik Alibaba bulan lalu masing-masing membakar uang sebesar 10 miliar yuan (sekitar USD 1,38 miliar atau Rp 22,95 triliun) untuk layanan ritel instan ini, termasuk memberikan banyak diskon. JD Takeaway menyatakan akan menginvestasikan jumlah tersebut selama setahun, sementara Ele.me tidak mengungkapkan jangka waktunya.
“Persaingannya sangat ketat, tidak banyak peluang pertumbuhan baru, jadi semua pihak mulai memasuki wilayah satu sama lain—ritel instan adalah contoh terbaru,” kata General Manager di CTR Market Research, Jason Yu, dikutip dari Reuters, Selasa (13/5).
ADVERTISEMENT
Persaingan ketat bukan terjadi antara Alibaba dan JD saja, tapi juga Meituan. Perusahaan pengiriman makanan dan minuman paling populer di China ini memperluas layanannya ke platform instashopping yang mengantarkan barang non-makanan dalam waktu 30 menit. Sementara JD.com mengumumkan masuk ke bisnis pengiriman makanan pada Februari lalu.
"Dulu orang membeli ponsel di JD.com dan dikirim di hari yang sama, lalu tiba-tiba mereka bisa memesan iPhone baru lewat Meituan dan sampai dalam 30 menit. Itu ancaman langsung ke JD.com, jadi mereka juga masuk ke pengiriman makanan sebagai respons," jelas Yu.
Pada akhir April, Alibaba memperluas portal belanja instannya di aplikasi e-commerce domestiknya, Taobao. Ini memberi pengguna akses ke restoran, kafe, dan toko bubble tea yang tersedia di Ele.me milik Alibaba—pemain terbesar kedua setelah Meituan—serta berbagai kategori lain seperti makanan hewan dan pakaian.
ADVERTISEMENT
Alibaba, JD.com, dan Meituan tidak menanggapi permintaan komentar.
Konsumen Senang Banyak Diskon
Banyaknya diskon yang diberikan dalam layanan instan ritel ini disambut kaum mendang-mending China. Pengguna JD Takeaway saat ini menikmati diskon hingga 20 yuan (sekitar Rp 44 ribu) per hari untuk pengiriman dari restoran seperti McDonald’s, Haidilao, dan Burger King. Di portal belanja instan Taobao, konsumen bisa mendapatkan diskon 11 yuan untuk pembelian minimal 15 yuan.
Liu Qi, 24 tahun, pemilik usaha kecil di Tianjin, mengatakan ia senang saat baru-baru ini membeli latte kelapa seharga hanya 5,9 yuan lewat JD Takeaway.
“Saya tanya ke kurirnya, dan dia bilang dia mendapat 4 yuan per pengiriman, jadi pada dasarnya JD.com yang membelikan saya kopi dan mengantarkannya ke rumah,” kata Liu.
ADVERTISEMENT
Ia bahkan lebih terkejut beberapa hari kemudian saat membeli kopi lewat portal instan Taobao hanya seharga 3,9 yuan. “Itu 2 yuan lebih murah dari JD.com!” ujarnya.
Modal Perang
Meskipun subsidi diskon konsumen untuk ritel instan tergolong mahal, raksasa e-commerce China memiliki cadangan kas besar. Per 31 Desember, Alibaba, JD.com, dan Meituan masing-masing memiliki posisi kas bersih sebesar 400 miliar, 144 miliar, dan 110 miliar yuan, menurut analis Morningstar.
Dan meski margin keuntungan bisnis ini rendah, fokus baru pada ritel instan dinilai masuk akal bagi JD.com dan Alibaba, sebagian karena keduanya telah memiliki armada kurir yang besar, menurut para analis. Itu berarti mereka tidak perlu membangun infrastruktur pengiriman baru yang mahal, seperti yang akan dibutuhkan oleh pemain lain seperti PDD Holdings (pemilik Temu).
ADVERTISEMENT
Analis industri independen berbasis di Beijing, Liu Xingliang, mengatakan Alibaba dan JD.com memanfaatkan permintaan tinggi untuk makanan, kopi, dan bubble tea guna mendorong pembelian barang lain yang lebih jarang namun bernilai lebih tinggi, seperti pakaian dan elektronik—bertaruh bahwa jika konsumen lebih sering membuka aplikasi mereka, mereka akan lebih sering belanja secara keseluruhan.
Bagi JD.com, ekspansi ke ritel instan sangat penting karena bisnis e-commerce tradisionalnya tampaknya sudah mencapai titik jenuh, ujarnya. “JD.com harus mencoba merebut pangsa pasar di bidang bisnis baru,” kata Liu.