Perbankan RI Ambil Peluang Pembiayaan Energi Fosil

25 November 2024 20:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN
ADVERTISEMENT
Perbankan di Indonesia mengambil peluang untuk menyalurkan pembiayaan ke sektor energi fosil. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) masih melihat peluang pertumbuhan bisnis pada pembiayaan ke sektor bahan bakar fosil. Padahal, bank-bank asing mulai menghindari pembiayaan fosil.
ADVERTISEMENT
“Padahal saat bank-bank luar menghindari pembiayaan ini karena terkait dengan net zero emission policy, maka ini juga harus kita lakukan sebagai peluang. Peluang, sementara orang nggak main kita masih, berarti harus tugas kita lah untuk melanjutkan agent of development ini,” kata Senior Vice President Bank Mandiri, Freddy Iwan dalam acara Minerba Expo 2024 di Balai Kartini, Senin (25/11).
Freddy mengatakan, Bank Mandiri melakukan penyaluran pembiayaan ke sektor bahan bakar fosil sambil menumbuhkan juga pembiayaan energi baru dan terbarukan (EBT), sebagai upaya imbang.
“Kita harus tumbuh di sana, tapi juga tumbuh di sektor energi yang terbarukan. Jadi kita mem-balancing. Setiap pertumbuhan kita di cover dengan pertumbuhan yang renewable energy,” ungkapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Kepala Ekonom Bank BCA, David Sumual. Dia melihat sektor pertambangan masih prospektif.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, industri perbankan pada dasarnya mengikuti perdagangan dan bisnis. Menurutnya, negara berkembang seperti Indonesia masih memiliki target NZE yang panjang, yakni di tahun 2060.
“Jadi untuk perbankan basically kan kita bank itu follows the trade, follows the business. Jadi pertambangan mineral, energi ini salah satu sektor yang prospective masih ya, dan untuk negara berkembang seperti Indonesia sebenarnya kesepakatan globalnya ini agak extended,” kata David.
“Jadi kita masih bisa punya peluang, punya ruang itu sampai 2060 untuk net zero emission sebenarnya. Sesuai dengan kesepakatan globalnya,” tambahnya.
David menyebut, sektor mineral seperti batu bara, masih dapat dimanfaatkan. Pasalnya, batu bara masih memberikan kontribusi besar terhadap nilai ekspor Indonesia. Dia mengatakan ruang pertumbuhan dari sektor tambang tersebut harus dimanfaatkan.
ADVERTISEMENT
“Karena nanti kalau sudah 2060 makin sulit ya untuk melakukan produksi maupun ekspor yang terkait dengan bahan-bahan tambang seperti batu bara,” pungkasnya.